Aku tidak MENULIS sejarah..tapi kusedang MENGKAJI sejarah..agar kudapat MENGUKIR sejarahku sendiri..

Sabtu, 23 Oktober 2010

Sejarah Belawa Part 12 (Penutup)

Penutup

Tersebutlah pada suatu hari di Angkara, Turki. Muhammad Arsyad sepeninggal kakaknya (La Wahide') telah menikah dengan seorang gadis peranakan Melayu-Arab berasal dari DELI (Sumatera) yang kesehariannya berprofesi sebagai Bidan. Mereka dikaruniai seorang puteri bernama : SAWIAH. Maka Muhammad Arsyad dipanggil sebagai "Puanna Sawiah" dan isterinya menjadi "Mak Sawiah".

Konon Sawiah yang merupakan gadis kecil berumur belasan tahun kala itu, sangat berkeinginan untuk mengunjungi kakek-neneknya di Belawa. Namun kesibukan kedua orang tuanya di Negeri rantau jauh tersebut tidaklah memungkinkan untuk itu. Pada suatu hari, Muhammad Arsyad jatuh sakit. Demikian parahnya sehingga ia tidak sadarkan diri selama berhari-hari. Setelah sadar, beliau teringat dengan negeri kelahirannya, yakni : Belawa. Maka ia bernazar dalam rangkaian do'anya : EE Puekku. NarEkko maEloni' palE malai taro-tarota ri alEku, ri tana ncajiakkupi talai. Nasaba' maEloka' kasi'na pasipulungngi buku-bukukku sibawa sininna buku-bukunna tomatowakku.. (Yaa Tuhanku. Andai benar adanya Engkau berkehendak mengambil nyawa yang Engkau titipkan kepadaku, kiranya nantilah setelah di negeri kelahiranku. Karena aku sangatlah berkeinginan sekiranya tulang belulangku berkumpul dengan tulang belulang orang tuaku...). Sungguh Allah Maha Besar, maka hanya beberapa setelah itu, Muhammad Arsyad berangsur-angsur sembuh.


 Akhirnya melalui perjalanan panjang dan beberapa kali berganti kapal dan kendaraan darat, maka tibalah Muhammad Arsyad sekeluarga di TippuluE. Semua orang yang melihatnya "panglin" karena wajah dan posturnya sudah sangat berubah. Beliau meninggalkan Belawa ketika masih remaja belasan tahun dan kini ia pulang sebagai orang dewasa dengan wajahnya yang dihiasi kumis dan cambang bersambung dengan janggutnya. Namun beliau merasa sedih karena ternyata ayah dan ibunya telah wafat beberapa tahun yang lalu. Maka menetaplah ia dan keluarganya selama beberapa bulan di TippuluE sambil mengurus dan menjual tanah warisannya. Karena ia berkeinginan untuk menetap di Deli, kampung halaman isterinya.

Setelah waktu yang ditentukan untuk keberangkatannya menjelang, maka bersiap-siaplah beliau sekeluarga dan para pengantarnya ke Parepare untuk naik kapal. Namun  berlakulah ketentuan Allah, subuh hari persis pada hari keberangkatan itu, Muhammad Arsyad tiba-tiba terjatuh setelah melaksanakan sholat subuh. Beliau menghembuskan nafas terakhirnya pada waktu itu juga. Maka keberangkatan hari itu menjadi keberangkatan beliau selamanya kehadirat Pencipta-Nya. Tak terbayangkan dan tak tergambarkan lagi bagaimana kesedihan isteri dan puteri tunggalnya ketika itu. Entah beberapa lama setelah kejadian tragis itu, barulah janda Muhammad Arsyad dan puterinya bertolak ke DELI dan tidak pernah terdengar khabar beritanya hingga saat ini.

Pengunjung dan pembaca yang budiman. Melalui tulisan ini saya mencoba mencari khabar dan informasi tentang keturunan puteri tunggal Muhammad Arsyad tersebut yang diperkirakan banyak berada di Pulau Sumatera. Kemungkinan besar Sawiah sudah wafat, namun kami yakin jika anak keturunannya masih banyak. I Sawiah adalah sapposiseng  (bersepupu satu kali / saudara misan) dengan ayahanda penulis, yakni : Andi Panguriseng (Andi Mori). Besar harapan saya sekiranya diantara anak cucu Puang Sawiahku  yang kebetulan membaca uraian ini dapat menghubungi saya melalui kolom komentar yang disediakan. Almarhum ayahanda kami senantiasa berpesan agar mencari keberadaan anda semua. Kami senantiasa menunggu dan merindukan anda semua...

Selain itu  melalui tulisan ini pula saya mencoba mencari keberadaan para sanak keluarga kami yang lain, yakni : Keturunan Andi Munta Daeng Mattappa (saudara kandung nenek penulis), Andi Makkarumpa' (Adik nenek penulis) dan Andi Tangkung (Kakanda Ayahanda penulis) yang kemungkinan banyak tersebar di Provinsi Jambi dan Kepulauan Riau. Datang dan berkunjunglah kemari, negeri peninggalan leluhur kita semua. Kami merindukan anda semua...

...........................................................................................

Belawa adalah negeri persimpangan segala batas. Persimpangan daratan dan danau serta persimpangan antara beberapa kerajaan dengan silsilah keturunannya yang beragam. Kiranya pengetahuan saya yang dangkal ini tidaklah mencukupi untuk memaparkan "Sejarah Belawa" yang lebih lengkap dan pantas untuk dikatakan sebuah tulisan sejarah.

Beberapa hari yang lalu, teman saya berkata : "Waah, anda ternyata seorang PENULIS SEJARAH". Saya menggelengkan kepala dan sama sekali menolak anggapan itu. Sungguh saya tidak berani dikatakan demikian. Pengetahuan saya yang terbatas ini hanyalah didapatkan dari bertanya, mendengar dan membaca. Tidak pernah melalui bangku pendidikan dimanapun. Maka, "Saya tidaklah sedang MENULIS SEJARAH, melainkan saya sedang MEMBUAT SEJARAH SAYA SENDIRI". Karena dengan tulisan ini saya mencoba berbuat dan menggoreskan karya tulis (jika sekiranya pantas disebut KARYA) untuk dikenang oleh anak keturunanku kelak. Sesuatu yang sekiranya dapat berguna dan pantas untuk diteliti kebenarannya pada hari ini, esok, lusa atau dikemudian hari.

Setelah tulisan ini masih ada beberapa topik seputar kesejarahan Belawa yang masih samar-samar dalam benak penulis, yakni :
1. Kisah lengkap tentang La Monri Arung Belawa MammulangngE
    Petta MatinroE ri Gucinna,
2. Latar belakang terjadinya dualisme kepemimpinan di Belawa yang
    membagi Kerajaan Belawa menjadi 2 bagian, yakni : Belawa Alau
    dan Belawa Orai'. Kapan, bagaimana dan oleh siapa ?
3. Silsilah keturunan La Raga Arung Belawa yang pernah berperang
    dengan La Toappo Arung Berru Addatuang Sidenreng XII,

4. Arung Belawa yang merantau bersama para lasykar pemberaninya
    ke Sumatera dan Negeri Malaka yang termahsyur menamai pelabuhan
    Belawan (asal kata AbbElawang) dan menyerbu pasukan Belanda di
    Tanjung Pinang (Riau). Selain itu beliau juga membantu Raja Haji
     Yamtuan Muda Riau Marhum Teluk Ketapang (Bangsawan Bugis
     yang telah dikukuhkan sebagai Pahlawan Nasional asal Riau) dalam
     peperangannya dengan Belanda (tersebut dalam Kitab Tuhfat an Nafis
     dan Sejarah Riau).

Tulisan ini saya dedikasikan untuk Almarhum Ayahandaku tercinta : Andi Panguriseng. "Etta, upabolEni minasatta..". Semoga arwahnya mendapatkan tempat yang layak disisi Allah Subhanahu Wata'alaa... Amin. Mohon maaf atas segala khilaf dan kekurangannya. Amin.

Wassalam





                                                         Parepare, 24 Oktober 2010

                                                         Saat aku sedang demam hari ini...
















 

4 komentar:

  1. Assalamualaikum Wr. Wb.

    Dh,
    Sungguh saya sangat tertarik membaca tulisan Saudara Andi Oddang. Uraian tentang keturunan Tanah Belawa yang tersebar di Sumatera. Hal ini telah mengungkit ingatan saya tentang cerita Alm. H. Daeng Umar (kakek saya). Beliau adalah keturunan bugis yang lahir dan besar di Riau dan mempunyai keluarga besar yang tersebar di Pakanbaru dan Bengkalis. Semasa hidupnya di era tahun 1950-an beliau aktif menjadi PNS yang mengurusi bidang kebudayaan dan ikut membidani adanya anjungan Riau di TMII (akhirnya menetap di Jakarta sekitar tahun 1960-an, kontak anak-anak beliau dengan keluarga saudara kakek relatif berkurang dan akhirnya terputus sama sekali). Selanjutnya pada berbagai kesempatan beliau selalu mengatakan ingin berkunjung ke Sulawesi Selatan, karena nenek moyangnya berasal dari Belawa tuturnya. Namun sampai akhir hayat niat tersebut tidak kesampaian, tapi setidaknya ada salah seorang menantunya berasal dari Sengkang-Wajo namanya Andi Muchtar Machmud (ayah saya). Sekarang saya menetap di Jakarta (PNS di Kemdagri) dan pada setiap kesempatan mencoba mencari jejak leluhur yang ada di Riau, mohon doanya semoga dimudahkan oleh Allah SWT, amin. Sedangkan keluarga yang ada di Sulawesi Selatan relatif sering bersilaturrahim. Demikian sekedar sharing informasi. Wassalam.

    Hormat kami,

    Andi Bataralifu

    BalasHapus
  2. Wa Alaikumussalam..

    Andi Bataralipu yang saya muliakan..

    Terima kasih atas informasi dan sambutannya terhadap tulisan kita bersama ini.. Saya yakin kalau kakek anda tersebut adalah kerabat dekat kami. Sekiranya ada waktu luang, mohon dibuka laman "Silsilah" kita bersama.. Walaupun mungkin daftar tersebut kurang lengkap, mudah-mudahan ada nama yang pernah disebutkan Almarhum Puang Umar pada daftar tersebut..

    Semoga kiranya Allah mempertemukan kita semua dalam suasana Silaturrahmi. Salam takzim kami..
    Wassalam..

    BalasHapus
  3. assalamu'alaikum....saya terkesan membaca sejarah tentang "BELAWA", mungkin Andi Oddang bisa membantu saya....., keluarga kami asal dari Bugis, menurut cerita keluarga kami,Dato TAMBA dan Nene SOGI sewaktu kejadian di sulawesi peristiwa "Musu Belawa" mereka di asingkan(dilarikan) oleh keluarganya menggunakan kapal nelayan ke kalimantan Timur desa Muara Badak,saya bertanya kepada keluarga ayah kami bernama H. Abd Gani Tamba dan sanak keluarga ayah kami mereka pun tidak mengetahui sampai sekarang siapa ayah dato Tamba ? ......
    maaf sebelumnya pa Andi.... melihat "tombak" mengingatkan kami, sebelum kejadian kebakaran rumah kami tahun 2005 lalu keluarga kami mempunyai tombak berkayukan ulin, setelah kebakaran lenyap.....,Pa ' Andi, sepupu saya mernah mencoba mencari hanya di tunjukan pada makam "jera" sana ada makam bernama IBRAHIM katanya itu adalah keturunan kami....cuma sampai disitu saja....kami tahu. Dan kami pun mencari sislilah Ibrahim, kalau pa"andi tau tolong kirim ke imail saya ( hajiahmadmunir@yahoo.co.id ) sebelumnya kami ucapkan terima kasih dari saya Ahmad Munir Gani Tamba

    BalasHapus
  4. Assalamu alaikum wr. wb., tabe taparajaiyyangnga addappeng. Saya mau bertanya mengenai silsilah arung" yang ada dibelawa, apakah saya bisa datang untuk melihat daftar silsilahnya. Karena menurut cerita dari dari sepupu kakek saya, masih ada kekerabatan dengan arung" yang pernah menjadi arung belawa. Tetapi ayah saya kurang mengetahui mengenai silsilah itu, karena cuma diceritakan. Setidaknya saya dapat mengetahui asal usul saya dari bapak.

    BalasHapus