"Watak, sifat, tabiat dan kebiasaan pada manusia dapat berubah. Namun yang tidak dapat berubah, adalah : Tempramental. Seseorang yang bertempramen tinggi sejak lahirnya akan terus seperti itu hingga matinya....", demikian ujar Prof. Dr. H. Siri Dangnga, MS pada suatu kesempatan di tahun 2007 yang lalu..
Tiba-tiba terbersit pada pikiranku sebuah ungkapan lama yang selalu diwasiatkan orang-orang tua dulu. "Maaf, Prof. Jika halnya seperti itu, lalu bagaimana halnya dengan pesan orang-orang tua yang mengatakan : LElE Buluu, TellElE Abiasang (Gunung dapat berpindah tapi kebiasaan tidak dapat berpindah) ? ", sanggahku. Professor Peramah itu tersenyum seraya menjawab : " Ungkapan yang anda sebutkan itu masih pakE tanda koma dibelakangnya. Karena ungkapan lengkapnya berbunyi : LElE Buluu TellElE Abiasang, naEkia lElEmoo AbiasangengngE, Abiasangtoopa PalElEi (Gunung dapat berpindah tapi kebiasaan tidak dapat berpindah, namun kebiasaan dapat berpindah jika Kebiasaan pula yang memindahkannya) "...
............................................................................................
Sungguh, tidak semua orang mendapatkan peruntungan untuk menyadari kebiasaan buruknya. Pada umumnya orang pada sibuk mencari "dalih pembenaran" untuk membenarkan kebiasaan yang pada hakekatnya "amat tahu" jika itu adalah hal yang buruk. Karena "menyadari sesuatu" membutuhkan kejujuran dan keberanian. Jujur menilai diri apa adanya dan berani membangun sebuah kebiasaan baik untuk mengalihkan kebiasaan buruk yang melekat bagai "karang gigi" selama ini.Sebagaimana halnya dengan karang pada gigi yang akan merusak gigi jika dibiarkan melekat, namun dapat menyebabkan gigi nampak berlobang jika dibuang. Maka seseorang haruslah berani tersenyum dengan gigi berlubang jika karang gigi itu dibuka. Tetapi jauh lebih baik dari pada membiarkan karang gigi tetap lestari untuk dijadikan sarang bakteri yang menggerogoti gigi hingga habis.
Tiba-tiba aku teringat dengan kisah seorang pemuda kaya. Kebiasaanya tiap hari tiada lain hanya mabuk-mabukan, berjudi, berkelahi dan segala prilaku buruk lainnya. Pada suatu malam ia bermimpi melihat dirinya meninggal dunia dan sedang menghadapi pengadilan akhirat. Sungguh, amal baiknya sangat tidak mengcukupi untuk membayar segala dosa yang pernah dilakukan selama hidupnya. Maka digiringlah ia menuju neraka. Pemuda itu menjerit sekeras-kerasnnya , memohon ampun seraya menyesali segala perbuatannya... tiba-tiba ia terbangun dari mimpi buruk tersebut. Alangkah leganya hatinya dan seketika itu juga ia berjanji untuk merubah segala kebiasaan buruknya.
Walhasil, pemuda itu mencoba menghitung segala jenis dosa yang rutin dilakukannya. Ia mengambil sebuah papan lalu menancapkan sebatang paku pada permukaannya sebagai tanda setiap jenis kebiasaan buruknya. Hasilnya sungguh mengejutkan !. Papan itu dipenuhi paku yang menancap dalam-dalam. Sungguh pemuda yang luar biasa bejadnya. Maka bersungguh-sungguhlah ia merubah prilaku buruknya. Setiapkali ia "merasa berhasil" menghentikan sebuah kebiasaan buruknya, dicabutnya sebatang paku yang menandai kebiasaan itu. Berkat kesungguhannya, paku-paku yang menancap pada papan itu habis tercabut. Namun setiapkali memandangi papan yang tidak ada pakunya lagi itu, pemuda itu menangis sedih.. "Bukankah mestinya kau bersyukur karena paku-paku itu telah tercabut, anakku ?", tanya ayahnya. "Aku mensyukurinya, ayah.. Namun aku menangisi permukaan papan ini karena walau paku-pakunya telah tercabut, tetapi BEKAS pakunya menampakkan lubang yang buruk....." . Wallahualam Bissawwab....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar