Aku tidak MENULIS sejarah..tapi kusedang MENGKAJI sejarah..agar kudapat MENGUKIR sejarahku sendiri..

Senin, 25 Oktober 2010

Kajian Ininnawa (6)

HARAP MAKLUM !

..entah tahun berapa ketika itu, aku telah lupa. Namun yang jelas kuingat, saat itu adalah masa-masa ketika nuraniku sedang mencari dan mencari pencitraan tentang "DIRIKU" yang sebenarnya...


Lelaki itu nampak bersitegang dihadapan seorang berpakaian safari berlencana "Kepala Desa", yakni pamanku. "Sungguh, Puang. Saya berkata benar ! Dia itulah yang bicara dua kali (pendusta)..", katanya dengan wajah merah padam. Ia terus berbicara menyampaikan segala isi hatinya seraya meyakinkan jika dialah yang paling benar. Pak Kades dihadapannya mendengarkan dengan wajah cerah sambil sesekali mangut-mangut membenarkan. Setelah beberapa lama, lapat-lapat kumengerti jika ternyata orang itu sedang mengklarifikasi tuduhan orang yang ditimpakan kepadanya selaku "penyerobot batas tanah". Biasa, panorama di kampung halaman...

Setelah merasa puas dengan klarifikasinya, lelaki itu mohon pamit seraya tidak lupa mohon maaf sekiranya ada dalam sikapnya tadi yang tidak pada tempatnya. "Ternyata, cukup santun juga ini orang...", pikirku. Namun berselang tidak terlalu lama setelah itu, datanglah lelaki lain mengucapkan salam. "Wah, tamu dari mana lagi nih ?". Ternyata lelaki itu adalah lawan dari lelaki sebelumnya. Untung aja gak ketemu disini tadi. Bisa-bisa akupun jadi ikut repot melerai. Maka iapun menjelaskan perihal kebenaran "tuduhannya" dengan berbagai alasan yang cukup logis. Sebagaimana biasanya, Sang Paman tetap tersenyum cerah, mendengarkan dengan sabar sambil sesekali membenarkan..., hingga tamu itupun mohon pamit.

Wah, ada yang tidak beres kalau begini ...,menurut logikaku. Jika kedua belah pihak "dibenarkan", apakah tidak mungkin jika mereka malah "berkelahi" pada akhirnya ?. Setelah dipikir dan dipikir kembali, tidak kena-kena juga. Maka kuajukan jua pertanyaan itu pada Sang Paman.

Beliau tersenyum cerah dengan sinar mata terang nan jernih. Nampak tiada beban yang tersembunyi didalamnya, ketika mendengar pertanyaanku yang menyergahnya. " Amati dan selami sedalam-dalamnya, Oddang..", ujarnya. "Duami passaleng nassabaari nasisala rupa tauwwE ri lalengna lino.." (Hanya 2 hal yang menjadi penyebab perselisihan antar sesama manusia di dunia ini...) . Yang manakah dimaksud, Puang ?, tanyaku penasaran. "Anu TemmanessaE sibawa Anu TenripahangngE" (Hal yang TIDAK JELAS dan Hal yang TIDAK DIPAHAMI), jawab beliau dengan suara datar...
.................................................................................................

Sungguh... pada hakekatnya semua manusia terlahir dengan hati yang menyimpan hal-hal baik tak terhingga didalamnya. Maka sebenarnya manusia tidak pernah melakukan kesalahan, melainkan kekhilafan yang merupakan sisi lain dari fitrah baiknya. Demikian yang pernah kubaca, namun lagi-lagi aku lupa entah siapa yang mengatakan itu.

Benarlah kiranya, KETIDAKJELASAN terhadap sesuatu hal yang menyebabkan pemikiran membuat PENILAIAN yang berbeda dari hal sesungguhnya. Maka merupakan kewajiban bagi manusia lainnyalah yang terpanggil untuk MENJELASKAN perihal tersebut. Lalu KETIDAKPAHAMAN terhadap suatu hal pulalah yang membuat segala sesuatu menjadi DISALAHPAHAMI. Maka kewajiban pulalah bagi yang memahami untuk memberikan pemahaman yang benar tentangnya...

Namun terkadang emosi yang menyulut kejengkelan kepada orang-orang yang sering kurang memahami. Maka kesabaran adalah "pintu utama" menuju "pemahaman". Anda takkan pernah dapat memahami sesuatu dengan amarah, demikian kata pamanku. Maka hunilah rumah nuranimu dengan tentram, berawal sejak memasuki pintu sabarmu.

Sungguh...
Memandang tidaklah mesti berarti melihat..
Melihat tidaklah mutlak berarti mengetahui...
Tahu tidaklah pasti mengerti....
Mengerti belum tentu memahami.....
Memahami bukanlah sejatinya memaklumi...
dan... Memaklumi tidaklah mutlah MEMAKNAI....

Subhanallah.. Wallahualam bissawwab.

                                 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar