Belawa, memasuki Awal Abad XX (bag. 1)
Adapun halnya dengan Saoraja Bakkaa'E sepeninggal Petta Pangulu, konon Saoraja tersebut "dijual" pada seorang bangsawan yang berdiam di Bilokka (Sidenreng). Tidak ada yang tahu persis, siapa diantara anaknya yang menjual dan mengapa situs peninggalan La Paranrengi Daeng Sijerra tersebut diperjualbelikan. Bahkan bekas-bekas berdirinya komplek Saoraja itu menurut ayahanda penulis, terletak dipinggir sungai KarajaE sebelah barat, persis dimulut jembatan SappaE sekarang ini. Kira-kira 5 meter sebelah selatan jembatan tersebut, terdapatlah sebuah "Limpungeng" (kedung atau bahagian sungai yang dalam) dimana senapan, amunisi dan peluru para Lasykar Belawa dibuang (ditenggelamkan) atas perintah Arung Belawa.
Selama hidupnya, Petta Pangulu memiliki 2 orang isteri sah dan beberapa gundik yang kesemuanya itu melahirhan beberapa putera dan puteri. Kedua isteri sah beliau adalah puteri La Mude' SullEwatang Laomapada dengan I RawE (kerabat Bettempola) yang masing-masing bernama : I Tuwo dan I Bada'. Dari I Tuwo, beliau mendapatkan keturunan masing-masing bernama : I Munta Daeng Mattappa, (wafat di Jambi), I Patinrosi ArungngE Daeng Sagala dan La Massi' Daeng Pagiling. Setelah I Tuwo meninggal dunia, maka atas ininsiatif Arung Belawa (Datu Tenri Kawareng) maka beliau diperjodohkan dengan adik I Tuwo (ipasitola angkalungeng) bernama ; I Bada'. Dari isteri kedua inilah maka lahirlah : La Makkarumpa' (wafat di Jambi). Sementara dari beberapa gundiknya juga mendapatkan keturunan yang tidak dapat diuraikan pada kolom ini.
Setelah lowong beberapa tahun lamanya, maka dinobatkanlah kemenakan Arung Belawa terdahulu bernama : La Onro Arung Belawa (putera I Panangngareng Datu Madello dengan La MappangilE Addatuang Sidenreng). I Panangngareng Datu Madello adalah adik kandung I Tenri Kawareng Arung Belawa MallinrungngE ri Pompanua. Arung Belawa ini masih berumur remaja ketika dilantik menjadi Arung Belawa. Menurut beberapa sumber yang penulis dapatkan, antara lain : La Maccaning (Wa Caning Alm.) bahwa masa pemerintahan baginda yang berumur amat muda ini menjadikan Belawa menjadi aman tenteram. Salahsatu gebrakan awal baginda adalah dengan memprakarsai pembangunan Mesjid Raya yang kini dikenal sebagai Mesjid Darussalam yang terkenal itu. Talenta kepemimpinan Datu La Onro berkat wawasannya yang luas terhadap kondisi Sulawesi Selatan pada masa itu yang didapatkan dari didikan orang tuanya. Perlu dikemukakan disini, bahwa La MappangilE Addatuang Sidenreng (ayahanda Datu La Onro) adalah putera La ParEnrEngi KaraEng TinggimaE seorang Pangeran Tana Gowa yang dapat dikatakan sebagai "Arung Ajattappareng". KaraEng TinggimaE' pun sesungguhnya adalah Pangeran Tana Wajo karena beliau adalah putera Ishak Manggabarani KaraEng MangEppE' Petta MatinroE ri Cappa' Galung Arung Matoa Wajo ke-XLIII dari permaisurinya bernama : I Dala WEttoing KaraEng KanjEnnE'.
Tersebutlah pada masa yang sama, bertahtalah La Patongai (bergelar Datu Bolong) di Doping. Daerah yang merupakan kawasan Tana Wajo yang dulunya bernama PEnrang. Tahta itu adalah merupakan warisan Baginda dari Nenekdanya yang bernama : Sompa ri Timo MajjampaE Petta PabbatE PEnrang. Baginda tinggal di Doping bersama isterinya bernama : I Bossa setelah isteri Baginda yang terdahulu bernama : Bau' Mapparimeng Datu Madello wafat beberapa tahun sebelumnya. Selain itu, baginda ditemani oleh kakandanya dari lain ibu bernama : I Batari Petta Lonra (juga puteri La TEngko Petta Manciji'E ri Wajo dengan I REwo Ana'na Arung Batu). Namun setelah beberapa tahun menetap dan memerintah di Doping, terjadilah "perselisihan" dengan Dewan Petta EnnengngE disebabkan sesuatu hal yang tidak dapat diuraikan pada tulisan ini. Akibatnya, Baginda meninggalkan Doping bersama isteri, anak, kakak dan segenap sahayanya menuju ke Belawa dimana kemenakannya (Datu La Onro) sedang bertahta di Belawa.
Sebagaimana yang telah dikemukakan pada bab terdahulu, bahwa Datu La Onro Arung Belawa adalah putera I Panangngareng Datu Madello, saudara kandung Datu Bolong. Mengetahui pamandanya tinggal menetap di Belawa dan sedang membangun Saoraja di JampuE, Datu La Onro Arung Belawa melantik (napasalEppangi) "bibinya" yakni : I Bossa selaku SullEwatang Belawa Orai'. Namun tidak beberapa lama kemudian disebabkan suatu hal, Datu La Onro Arung Belawa pergi meninggalkan Belawa dan menetap di Sidenreng, negeri kekuasaan ayahandanya.
Setelah kepergian Datu La Onro, maka dinobatkanlah La Patongai Datu Doping menjadi Arung Belawa. yang merupakan Arung Belawa terakhir karena setelahnya, tidak ada lagi Arung Belawa yang dilantik (IpakkalEjja' ri Tuppu Batu Tana Bangkala'na Belawa). Berselang beberapa waktu setelah penobatannya, Baginda menempatkan Kakandanya ( I Batari) menjadi Petta Lonra. I Batari Petta Lonra menikah dengan sepupu sekalinya (juga sepupu satu kali Datu Bolong) bernama Petta Landeng, putera Sitti Hawang Datu MakkunraiyyE (saudara kandung La TEngko Petta Manciji'E).
Baginda Datu Bolong merupakan seorang Raja yang kharismatik dan banyak kisah menarik seputar masa hidupnya. Semasa kecil, penulis pernah mendengar cerita tentang Baginda Datu Bolong dari seorang Makassar bernama Bilala' Nongci (Bilal mesjid Lonra). " Iya', Mangkasa ka', ana'. Maddarupang-rupangni Arung Maraja pura utuju pakkita. NaEkia, dE'pa gaga pada karame'na Datu Bolong..." (saya adalah orang Makassar. Sudah banyak raja-raja yang pernah kulihat, namun belum ada yang menyamai keramatnya/kharismanya paras Datu Bolong).
Tersebutlah sebuah kisah yang dituturkan oleh Andi Patau' (adik kandung ayahanda penulis), pada suatu ketika Datu Bolong mendapat undangan dari Andi Mappanyukki' Sultan Ibrahim Datu Suppa' Petta Mangkau' ri Bone. Baginda diundang ke Watampone untuk menghadiri rapat (Tudang Ade') yang dihadiri kalangan Raja-Raja Se-Sulawesi Selatan untuk membicarakan perihal dukungan terhadap Proklamasi Kemerdekaan RI....
Sebagaimana dituturkan Pamanda yang waktu itu membawa "Saleppa" (Kotak Sirih) baginda Datu Bolong, bahwa Arung Belawa Andi Patongai datang agak terlambat pada majelis itu. Oleh Pattumaling (Petugas Protokoler Istana), baginda ditempatkan agak jauh dari posisi "Ulu Tudangeng" yang ditempati Baginda ArumponE (Andi Mappanyukki'). Tiba-tiba ArumponE menyeru pada Pattumaling, : "TaniajE' akkoro monro tudangenna Andi Patongai. Akko maiyyE tudangenna..." (Bukan disitu tempatnya Andi Patongai. Mestinya disini...), kata Petta Mangkau'E tersebut sambil menunjuk tempat kosong disampingnya. Sejak itu, termahsyurlah Baginda Datu Bolong sebagai seorang raja dari sebuah negeri kecil, namun sangat diutamakan sebagai seorang Datu Maddara Matase' (Maddara Takkuu), adinda I Tenri Kawareng Arung Belawa MallinrungngE ri Pompanua. Sejak itu pulalah, Baginda diberi gelar "Andi" sebagaimana ArumponE sendiri yang menyebutnya demikian.
Perlu dikemukakan dari beberapa sumber yang salahsatunya dari Opu Tuan Abd. Halid (Almarhum) dari Bira, Bulukumba. Beliau menuturkan kepada penulis pada tahun 1999, bahwa : Asal muasal gelar "Andi" pada bangsawan Bugis dan Makassar berawal pada " I Mappanyukki Sultan Ibrahim " semasa baginda menjadi ArumponE. Pada suatu waktu, seorang berkebangsaan Perancis datang berkunjung pada Istana Beliau di Watampone. Pada perbincangan tentang seputar keadaan Sulawesi Selatan pada masa itu, orang Perancis tersebut senantiasa menyebut nama baginda ArumponE sebagai : "AndiEr Mappanyukki". Menurut juru bahasa yang menyertainya, itu berarti : "Paduka Yang Mulia Mappanyukki" atau dalam bahasa Inggris kira-kira disamakan dengan : You Are Majesty Mappanyukki". Maka setelah peristiwa itu, baginda ArumponE disebut namanya sebagai : Andi Mappanyukki, menyesuaikan dalam lidah bahasa Bugis.
Menurut keterangan dari ayahanda, bahwa sejak beberapa lama sekembalinya dari WatamponE, Baginda Datu Bolong mulailah tertulis namanya sebagai "Andi Patongai". Pada masa itu tidak seorangpun di Belawa yang memakai gelar "Andi" selain Baginda. Namun sebagaimana halnya sesuatu yang lagi "Trend", maka mulailah beberapa gelintir bangsawan mencoba-coba menggunakan gelar tersebut. Hingga pada suatu waktu, seorang putera bangsawan bernama La MappangilE disebut namanya oleh La Kube' (salah seorang abdi Datu Bolong) disebut sebagai " Andi MappangilE " dihadapan Baginda. Seketika Baginda Datu Bolong marah besar seraya berkata : " Andi MappangilE nigajE'tu ?!. SEddimi iya' uwisseng riyaseng ANDI MAPPANGILE, iyya monroE ri Sidenreng (maksudnya :Andi MappangilE Addatuang Sidenreng)" (Andi MappangilE yang mana lagi ?! Cuma satu Andi MappangilE yang saya tahu, yaitu yang tinggal di Sidenreng..). Sungguh, baginda MallinrungngE tersebut begitu ketatnya menjaga tatanan agar tidak terjadi ketimpangan sejarah dibelakang hari.
Andi Patongai Datu Doping Arung Belawa memiliki 3 (tiga) isteri sah selama hidupnya. Isteri Pertama bernama : Andi Patinrosi ArungngE Daeng Sagala (puteri La Muhamma' Tang Daeng Paliweng Petta Pangulu dengan I Tuwo ana'na La Mude SullEwatang Laomapada) mendapatkan seorang putera yang meninggal semasa bayi, bernama : Andi Bau Monri. Mereka bercerai dengan baik-baik karena Daeng Sagala tidak mau dimadu. Isteri Kedua bernama : Andi Bau' Mapparimeng Datu Madello ( Puteri Petta MorEwE, cucu DatuE La Pajung, Soppeng. Menurut Lontara' Panguruseng susunan Andi Nurdjaya Hamzah La Sumange'rukka) yang melahirkan : 1. Andi Bau' Patiroi, 2. H. Andi Bau' Singke' 3. Andi Bau Isa. Setelah Datu Madello wafat, maka Baginda menikah lagi dengan Isteri Ketiga adalah : Andi Bossa (puteri Opu CakElE, menurut Alm. Andi BallohE') yang juga akrab dipanggil Petta Indo oleh anak-anaknya. Dari isteri terakhir inilah, maka lahirlah : 1. Andi Bau' Sulolipu Petta KaraEngngE Camat Belawa I , 2. Andi Bau Mintang.
Menjelang pertengahan Abad XX, hubungan Belawa dan Sidenreng terkadang masih terjadi percikan-percikan api yang memicu bentrokan di daerah perbatasan sebelah utara (Soppa'E dan Lonra YasE'). Atas prakarsa Andi Batari Petta Lonra (saudara seayah Arung Belawa Datu Bolong) diikatlah jalinan kekerabatan dengan beberapa Raja-raja lokal yang berada di wilayah Sidenreng, melalui pernikahan putera puteri mereka. Tujuan politik perkawinan ini tiada lain agar tercipta perdamaian yang meredam segala bentuk pertikaian dalam jalinan kekerabatan. Maka oleh Arung Belawa, pada suatu hari diutuslah Andi Batari Petta Lonra untuk menyampaikan lamaran bagi Andi Bau Sulolipu Petta KaraEngngE ke La Pannyiwi Arung Utting untuk mendapatkan puteri beliau bernama : Andi Bua. Maka pernikahan putera puteri Belawa dan Utting terlaksana dengan meriah yang mempersatukan kembali perhubungan kedua kerajaan yang bersaudara dimasa lalu. Wallahualam Bissawwab
Keterangan Gambar :
Sri Baginda Arung Belawa Terakhir : Andi Patongai Datui Doping Arung Belawa (Datu Bolong).
Keterangan Gambar :
Makam Baginda Andi Patongai Datu Doping Arung Belawa (ornamen berbentuk kubah), dibelakangnya Penulis berdiri disamping kiri kanan makam kakek nenek penulis, Andi Dai' dan Andi Mapparimeng.
Keterangan Gambar :
Makam La Sipatu Arung Belawa
Keterangan Gambar :
Makam La TEngko Petta Manciji ri Wajo, terlantar disamping para turunannya.
Keterangan Gambar :
Makam I Soji Datu Madello Arung Belawa
Keterangan Gambar :
Makam Andi Panangngareng Datu Madello
Keterangan Gambar :
Makam Andi Passamula "Datu Cella' Belawa"
Mengetahui jika junjungan yang dihormati dan disayangnya bagai puterinya sendiri telah wafat di Negeri pengasingannya, Petta Pangulu amat berduka. Dikisahkan oleh NEnE Rukka bahwa pada suatu hari, beliau keluar dari biliknya dan langsung menuju ke sungai. Panglima tua yang semakin uzur itu mandi cukup lama lalu naik kembali ke Saoraja sambil membawa sebongkah batu sungai berwarna coklat kelabu yang berukuran agak panjang (panjang kira-kira 50cm dan berdiameter kira-kira 20 cm). Beliau meletakkannya bersandar pada dinding "jajareng" (dinding tengah) seraya berkata, : "Akko matEka' baja sangadiE, iyEna matu mEsaku.." (sekiranya esok atau lusa aku meninggal dunia, maka inilah batu nisanku..).
Maka berlakulah ketentuan Allah Azza Wajallaa. Tidak lama setelah peristiwa itu, Petta Pangulu wafat dalam tahun 1917. Menurut kesaksian sepupu ayahanda penulis bernama I BeccE' Pamuri (umur 85 th) pada tahun 2005 di TippuluE, bahwa : " Baiccu'mopa na lElE ri pammasENa Petta Pangulu. NaEkia manessa paringerrangku Ero wettuE, MONI SIBELAWA ballili'E ri wettu riulEE bare' Petta Pangulu lao ri Jara'E.." (Aku masih kecil ketika Petta Pangulu wafat. Namun masih jelas dalam ingatanku bahwa waktu itu ketika Jenazah Petta Pangulu diusung menuju pemakaman, seluruh senapan di Belawa ditembakkan keudara, gegap gempita mengiring keberangkatannya...). Sesuai wasiatnya, makam beliau ditandai dengan sebongkah batu sungai berukuran kecil diatas pusaranya. Menurut NEnE Rukka, maksud beliau tersebut agar para pengagumnya tidak mengkultuskan makamnya. Begitulah akhir seorang legendaris pada jamannya yang merupakan Panglima terakhir kerajaan Belawa.
Adapun halnya dengan Saoraja Bakkaa'E sepeninggal Petta Pangulu, konon Saoraja tersebut "dijual" pada seorang bangsawan yang berdiam di Bilokka (Sidenreng). Tidak ada yang tahu persis, siapa diantara anaknya yang menjual dan mengapa situs peninggalan La Paranrengi Daeng Sijerra tersebut diperjualbelikan. Bahkan bekas-bekas berdirinya komplek Saoraja itu menurut ayahanda penulis, terletak dipinggir sungai KarajaE sebelah barat, persis dimulut jembatan SappaE sekarang ini. Kira-kira 5 meter sebelah selatan jembatan tersebut, terdapatlah sebuah "Limpungeng" (kedung atau bahagian sungai yang dalam) dimana senapan, amunisi dan peluru para Lasykar Belawa dibuang (ditenggelamkan) atas perintah Arung Belawa.
Selama hidupnya, Petta Pangulu memiliki 2 orang isteri sah dan beberapa gundik yang kesemuanya itu melahirhan beberapa putera dan puteri. Kedua isteri sah beliau adalah puteri La Mude' SullEwatang Laomapada dengan I RawE (kerabat Bettempola) yang masing-masing bernama : I Tuwo dan I Bada'. Dari I Tuwo, beliau mendapatkan keturunan masing-masing bernama : I Munta Daeng Mattappa, (wafat di Jambi), I Patinrosi ArungngE Daeng Sagala dan La Massi' Daeng Pagiling. Setelah I Tuwo meninggal dunia, maka atas ininsiatif Arung Belawa (Datu Tenri Kawareng) maka beliau diperjodohkan dengan adik I Tuwo (ipasitola angkalungeng) bernama ; I Bada'. Dari isteri kedua inilah maka lahirlah : La Makkarumpa' (wafat di Jambi). Sementara dari beberapa gundiknya juga mendapatkan keturunan yang tidak dapat diuraikan pada kolom ini.
Setelah lowong beberapa tahun lamanya, maka dinobatkanlah kemenakan Arung Belawa terdahulu bernama : La Onro Arung Belawa (putera I Panangngareng Datu Madello dengan La MappangilE Addatuang Sidenreng). I Panangngareng Datu Madello adalah adik kandung I Tenri Kawareng Arung Belawa MallinrungngE ri Pompanua. Arung Belawa ini masih berumur remaja ketika dilantik menjadi Arung Belawa. Menurut beberapa sumber yang penulis dapatkan, antara lain : La Maccaning (Wa Caning Alm.) bahwa masa pemerintahan baginda yang berumur amat muda ini menjadikan Belawa menjadi aman tenteram. Salahsatu gebrakan awal baginda adalah dengan memprakarsai pembangunan Mesjid Raya yang kini dikenal sebagai Mesjid Darussalam yang terkenal itu. Talenta kepemimpinan Datu La Onro berkat wawasannya yang luas terhadap kondisi Sulawesi Selatan pada masa itu yang didapatkan dari didikan orang tuanya. Perlu dikemukakan disini, bahwa La MappangilE Addatuang Sidenreng (ayahanda Datu La Onro) adalah putera La ParEnrEngi KaraEng TinggimaE seorang Pangeran Tana Gowa yang dapat dikatakan sebagai "Arung Ajattappareng". KaraEng TinggimaE' pun sesungguhnya adalah Pangeran Tana Wajo karena beliau adalah putera Ishak Manggabarani KaraEng MangEppE' Petta MatinroE ri Cappa' Galung Arung Matoa Wajo ke-XLIII dari permaisurinya bernama : I Dala WEttoing KaraEng KanjEnnE'.
Tersebutlah pada masa yang sama, bertahtalah La Patongai (bergelar Datu Bolong) di Doping. Daerah yang merupakan kawasan Tana Wajo yang dulunya bernama PEnrang. Tahta itu adalah merupakan warisan Baginda dari Nenekdanya yang bernama : Sompa ri Timo MajjampaE Petta PabbatE PEnrang. Baginda tinggal di Doping bersama isterinya bernama : I Bossa setelah isteri Baginda yang terdahulu bernama : Bau' Mapparimeng Datu Madello wafat beberapa tahun sebelumnya. Selain itu, baginda ditemani oleh kakandanya dari lain ibu bernama : I Batari Petta Lonra (juga puteri La TEngko Petta Manciji'E ri Wajo dengan I REwo Ana'na Arung Batu). Namun setelah beberapa tahun menetap dan memerintah di Doping, terjadilah "perselisihan" dengan Dewan Petta EnnengngE disebabkan sesuatu hal yang tidak dapat diuraikan pada tulisan ini. Akibatnya, Baginda meninggalkan Doping bersama isteri, anak, kakak dan segenap sahayanya menuju ke Belawa dimana kemenakannya (Datu La Onro) sedang bertahta di Belawa.
Sebagaimana yang telah dikemukakan pada bab terdahulu, bahwa Datu La Onro Arung Belawa adalah putera I Panangngareng Datu Madello, saudara kandung Datu Bolong. Mengetahui pamandanya tinggal menetap di Belawa dan sedang membangun Saoraja di JampuE, Datu La Onro Arung Belawa melantik (napasalEppangi) "bibinya" yakni : I Bossa selaku SullEwatang Belawa Orai'. Namun tidak beberapa lama kemudian disebabkan suatu hal, Datu La Onro Arung Belawa pergi meninggalkan Belawa dan menetap di Sidenreng, negeri kekuasaan ayahandanya.
Setelah kepergian Datu La Onro, maka dinobatkanlah La Patongai Datu Doping menjadi Arung Belawa. yang merupakan Arung Belawa terakhir karena setelahnya, tidak ada lagi Arung Belawa yang dilantik (IpakkalEjja' ri Tuppu Batu Tana Bangkala'na Belawa). Berselang beberapa waktu setelah penobatannya, Baginda menempatkan Kakandanya ( I Batari) menjadi Petta Lonra. I Batari Petta Lonra menikah dengan sepupu sekalinya (juga sepupu satu kali Datu Bolong) bernama Petta Landeng, putera Sitti Hawang Datu MakkunraiyyE (saudara kandung La TEngko Petta Manciji'E).
Baginda Datu Bolong merupakan seorang Raja yang kharismatik dan banyak kisah menarik seputar masa hidupnya. Semasa kecil, penulis pernah mendengar cerita tentang Baginda Datu Bolong dari seorang Makassar bernama Bilala' Nongci (Bilal mesjid Lonra). " Iya', Mangkasa ka', ana'. Maddarupang-rupangni Arung Maraja pura utuju pakkita. NaEkia, dE'pa gaga pada karame'na Datu Bolong..." (saya adalah orang Makassar. Sudah banyak raja-raja yang pernah kulihat, namun belum ada yang menyamai keramatnya/kharismanya paras Datu Bolong).
Tersebutlah sebuah kisah yang dituturkan oleh Andi Patau' (adik kandung ayahanda penulis), pada suatu ketika Datu Bolong mendapat undangan dari Andi Mappanyukki' Sultan Ibrahim Datu Suppa' Petta Mangkau' ri Bone. Baginda diundang ke Watampone untuk menghadiri rapat (Tudang Ade') yang dihadiri kalangan Raja-Raja Se-Sulawesi Selatan untuk membicarakan perihal dukungan terhadap Proklamasi Kemerdekaan RI....
Sebagaimana dituturkan Pamanda yang waktu itu membawa "Saleppa" (Kotak Sirih) baginda Datu Bolong, bahwa Arung Belawa Andi Patongai datang agak terlambat pada majelis itu. Oleh Pattumaling (Petugas Protokoler Istana), baginda ditempatkan agak jauh dari posisi "Ulu Tudangeng" yang ditempati Baginda ArumponE (Andi Mappanyukki'). Tiba-tiba ArumponE menyeru pada Pattumaling, : "TaniajE' akkoro monro tudangenna Andi Patongai. Akko maiyyE tudangenna..." (Bukan disitu tempatnya Andi Patongai. Mestinya disini...), kata Petta Mangkau'E tersebut sambil menunjuk tempat kosong disampingnya. Sejak itu, termahsyurlah Baginda Datu Bolong sebagai seorang raja dari sebuah negeri kecil, namun sangat diutamakan sebagai seorang Datu Maddara Matase' (Maddara Takkuu), adinda I Tenri Kawareng Arung Belawa MallinrungngE ri Pompanua. Sejak itu pulalah, Baginda diberi gelar "Andi" sebagaimana ArumponE sendiri yang menyebutnya demikian.
Perlu dikemukakan dari beberapa sumber yang salahsatunya dari Opu Tuan Abd. Halid (Almarhum) dari Bira, Bulukumba. Beliau menuturkan kepada penulis pada tahun 1999, bahwa : Asal muasal gelar "Andi" pada bangsawan Bugis dan Makassar berawal pada " I Mappanyukki Sultan Ibrahim " semasa baginda menjadi ArumponE. Pada suatu waktu, seorang berkebangsaan Perancis datang berkunjung pada Istana Beliau di Watampone. Pada perbincangan tentang seputar keadaan Sulawesi Selatan pada masa itu, orang Perancis tersebut senantiasa menyebut nama baginda ArumponE sebagai : "AndiEr Mappanyukki". Menurut juru bahasa yang menyertainya, itu berarti : "Paduka Yang Mulia Mappanyukki" atau dalam bahasa Inggris kira-kira disamakan dengan : You Are Majesty Mappanyukki". Maka setelah peristiwa itu, baginda ArumponE disebut namanya sebagai : Andi Mappanyukki, menyesuaikan dalam lidah bahasa Bugis.
Menurut keterangan dari ayahanda, bahwa sejak beberapa lama sekembalinya dari WatamponE, Baginda Datu Bolong mulailah tertulis namanya sebagai "Andi Patongai". Pada masa itu tidak seorangpun di Belawa yang memakai gelar "Andi" selain Baginda. Namun sebagaimana halnya sesuatu yang lagi "Trend", maka mulailah beberapa gelintir bangsawan mencoba-coba menggunakan gelar tersebut. Hingga pada suatu waktu, seorang putera bangsawan bernama La MappangilE disebut namanya oleh La Kube' (salah seorang abdi Datu Bolong) disebut sebagai " Andi MappangilE " dihadapan Baginda. Seketika Baginda Datu Bolong marah besar seraya berkata : " Andi MappangilE nigajE'tu ?!. SEddimi iya' uwisseng riyaseng ANDI MAPPANGILE, iyya monroE ri Sidenreng (maksudnya :Andi MappangilE Addatuang Sidenreng)" (Andi MappangilE yang mana lagi ?! Cuma satu Andi MappangilE yang saya tahu, yaitu yang tinggal di Sidenreng..). Sungguh, baginda MallinrungngE tersebut begitu ketatnya menjaga tatanan agar tidak terjadi ketimpangan sejarah dibelakang hari.
Andi Patongai Datu Doping Arung Belawa memiliki 3 (tiga) isteri sah selama hidupnya. Isteri Pertama bernama : Andi Patinrosi ArungngE Daeng Sagala (puteri La Muhamma' Tang Daeng Paliweng Petta Pangulu dengan I Tuwo ana'na La Mude SullEwatang Laomapada) mendapatkan seorang putera yang meninggal semasa bayi, bernama : Andi Bau Monri. Mereka bercerai dengan baik-baik karena Daeng Sagala tidak mau dimadu. Isteri Kedua bernama : Andi Bau' Mapparimeng Datu Madello ( Puteri Petta MorEwE, cucu DatuE La Pajung, Soppeng. Menurut Lontara' Panguruseng susunan Andi Nurdjaya Hamzah La Sumange'rukka) yang melahirkan : 1. Andi Bau' Patiroi, 2. H. Andi Bau' Singke' 3. Andi Bau Isa. Setelah Datu Madello wafat, maka Baginda menikah lagi dengan Isteri Ketiga adalah : Andi Bossa (puteri Opu CakElE, menurut Alm. Andi BallohE') yang juga akrab dipanggil Petta Indo oleh anak-anaknya. Dari isteri terakhir inilah, maka lahirlah : 1. Andi Bau' Sulolipu Petta KaraEngngE Camat Belawa I , 2. Andi Bau Mintang.
Menjelang pertengahan Abad XX, hubungan Belawa dan Sidenreng terkadang masih terjadi percikan-percikan api yang memicu bentrokan di daerah perbatasan sebelah utara (Soppa'E dan Lonra YasE'). Atas prakarsa Andi Batari Petta Lonra (saudara seayah Arung Belawa Datu Bolong) diikatlah jalinan kekerabatan dengan beberapa Raja-raja lokal yang berada di wilayah Sidenreng, melalui pernikahan putera puteri mereka. Tujuan politik perkawinan ini tiada lain agar tercipta perdamaian yang meredam segala bentuk pertikaian dalam jalinan kekerabatan. Maka oleh Arung Belawa, pada suatu hari diutuslah Andi Batari Petta Lonra untuk menyampaikan lamaran bagi Andi Bau Sulolipu Petta KaraEngngE ke La Pannyiwi Arung Utting untuk mendapatkan puteri beliau bernama : Andi Bua. Maka pernikahan putera puteri Belawa dan Utting terlaksana dengan meriah yang mempersatukan kembali perhubungan kedua kerajaan yang bersaudara dimasa lalu. Wallahualam Bissawwab
Keterangan Gambar :
Sri Baginda Arung Belawa Terakhir : Andi Patongai Datui Doping Arung Belawa (Datu Bolong).
ZIARAH KE JARA' ARUNG BELAWA
Keterangan Gambar :
Makam Baginda Andi Patongai Datu Doping Arung Belawa (ornamen berbentuk kubah), dibelakangnya Penulis berdiri disamping kiri kanan makam kakek nenek penulis, Andi Dai' dan Andi Mapparimeng.
Keterangan Gambar :
Makam La Sipatu Arung Belawa
Keterangan Gambar :
Makam La TEngko Petta Manciji ri Wajo, terlantar disamping para turunannya.
Keterangan Gambar :
Makam I Soji Datu Madello Arung Belawa
Keterangan Gambar :
Makam Andi Panangngareng Datu Madello
Keterangan Gambar :
Makam Andi Passamula "Datu Cella' Belawa"
Keterangan Gambar :
Makam Andi Dai' dan Andi Mapparimeng Petta Lonra
Keterangan Gambar :
Makam Pamanda Andi LaodjEng (kakanda Ibunda Penulis)
(bersambung ke Part 11.)
Makam Andi Dai' dan Andi Mapparimeng Petta Lonra
Keterangan Gambar :
Makam Pamanda Andi LaodjEng (kakanda Ibunda Penulis)
(bersambung ke Part 11.)
mantap ulasannya. Tabe ndi....mohon bantuannya untuk mengurai silsilah I tenri fatimah arung rappeng terakhir yang juga merangkap addatuang sawitto.Mohon diurai nama suami dan putra (i) beliau. Terima kasih sebelumnya.
BalasHapusTulisan Angan angan (katulu tulu)
Hapussaya tertarik dengan tombak tellu lattena sidenreng. Apakah ada kaitannya dengan we abeng tellu latte I sidenreng dan Pajung Tellu Latte Sidenreng (suami dari A. Bunga/anak addituang Sidenreng LA CIBU). Pajung tellu latte sidenreng adalah mertua dari A.Pabentengi (arungpone terakhir) juga merupakan mertua dari A. Makkulau (putra A,Jemma datu Luwu). Terima kasih sebelumnya,
BalasHapusBp. Ancha Yth..
BalasHapusTabE, taparajayangnga' addampeng nasaba inappa uwita komentarta.. terima kasih atas sambutannya.
Perihal Bessi Tellu Latte'na Sidenreng, adalah benar merupakan simbol pemegang jabatan Arung Tellu Latte' ri Sidenreng. Pusaka tersebut dibawa ke Belawa oleh We Tenri Balobo Datu Pammana (puteri La Pallawa Gau Arung Maiwa Datu Pattojo bin Janggo' LampE Ulu Arung Tellu Latte' Sidenreng)..
Perihal La Pajju Arung Tellu Latte' Sidenreng, diuraikan sebagaimana yang tertulis dalam Lontara Silsilah Aja Tappareng, sbb : La Pajju Arung Tellu Latte' ri Sidenreng adalah putera dari : La Maddukelleng Petta Cakkuridi ri Wajo dengan We Tenri SanrE Arung Rappeng Addatuang Sawitto XIV. La Maddukelleng Petta CakkuridiE adalah putera dari : La Tenrioddang (La OddangpEro) Datu Larompong Arung Matoa Wajo dengan I Nomba KaraEng Balla'kaca ....
La Pajju Arung Tellu Latte' Sidenreng menikah dengan I Bungawaru (puteri La Cibu Addatuang Sidenreng XVII dengan I Bunga), melahirkan : 1. We Tenri Nennu' 2. La Pallawa Gau' 3. La Oddang 4. I Dalauleng Arung Baranti... I Dalauleng Arung Baranti menikah dengan I PabbEntEng Petta Lawa Petta MatinroE ri Matuju Mangkau ri Bone XXXIII (putera Abd. Hamid Petta PonggawaE dengan I Cenra Arung MacEgE Arung Cinnong), maka lahirlah : Andi Bau Nimang yang dinikahkan dengan Andi Bau Rusdi (putera Andi Makkulawu Petta Cakkuridi Wajo BKDH Pinrang I dengan Andi St.Rukiah KaraEng Balla'sari Addatuang Sawitto XV binti Andi Mappanyukki Sultan Ibrahim Petta MatinroR ri AmaradEkanna Mangkau ri Bone XXXII/XXXIV dengan BessE Bulo binti La Sadapotto Addatuang Sidenreng XVI)..
Bp. Anca Yang kami muliakan.. perihal silsilah Puakku I Tenri Fatimah Arung Rappeng terakhir kebetulan saja tidak tercantum dalam lontara Silsilah yang ada pada kami karena lontara ini hanya mencantumkan hubungan kekerabatan antar Kerajaan Lokal di kawasan Aja Tappareng. Kiranya baginda yang dimaksud pastilah lengkap dicantumkan pada Lontara Wajo yg lebih besar dan Lontara Panguriseng Rappeng. Wallahualam Bissawwab.
Salam hormat dan takzim kami...
Bp ANDI ODDANG.
BalasHapusTerima kasih ndi penjelasannya, berarti istri saya ada hubungan keluarga dengan bapak. Istri saya cucu dari LA PALLAWAGAU dari garis LA PAJUNG TELLU LATTE SIDENRENG (putra arung Rappeng/Addituatta sawitto) dengan WE BUNGA (Putri LA CIBU addituatta Sidenreng). Istri saya mengambil nama we Bunga, adiknya (ipar saya) mengambil nama LA CIBU dan anak tertua kami memakai nama LA PAJUNG (pemberian dari ANDI NINONG istri LA Pallawagau bin La Pajung).
Sekedar tambahan informasi, anak2 dari La Pajung antara lain 1). We Tenri Nunu (petta nunung) menikah dengan Andi Mackulau (putra ANDI JEMMA DATU LUWU) melahirkan ANDI LUWU bersaudara (saat ini sebagai datu luwu) 2). La Pallawagau punya istri beberapa orang salah satunya ANDI NINONG melahirkan ANDI BALLASARI (mertua saya) 3. LA ODDANG (mohon maaf sy belum tahu anak2nya) 4. I Dalauleng petta Baranti menikah dengan ANDI PABENTENGI (Mangkau Bone/arungpone terakhir) melahirkan ANDI PESOR (Beliau pernah menjadi anggota DPRD Bone) dan yg terakhir (kalau tdk salah ingat) A.NOMBA menikah dgn bangsawan dari keturunan Karaeng Lengkese dan melahirkan anak namanya ANDI FATIMAH. Mudah2an lewat diskusi ini rumpun keluarga bisa saling mengenal.
Salam hormat.
Bpk ANDI ODDANG.
BalasHapusDari uraianta tentang orangtua dari La Pajung Tellu Latte Sidenreng yakni La Maddukelleng petta cakkuridie Wajo dengan We Tenri SanrE Arung Rappang merangkap Addituang Sawitto XIV menurut saya yg dimaksud adalah I TENRI FATIMAH Arung Rappang terakhir (XXI) merangkap Addituang Sawitto. Jadi antara LA PAJUNG dengan istrinya (WE BUNGA)adalah sepupu satu kali karena LA CIBU dan I TENRI FATIMAH adalah saudara kandung (anak dari LA SADAPOTTO Addituang Sidenreng XII merangkap Arung Rappang XX dgn WE BEDA Addituang Sawitto).
Pernikahan LA SADAPOTTO Addituang Sidenreng dengan WE BEDA Addituang Sawitto melahirkan :
1. Besse Bulo (Istri A.Mappanyukki arungpone).
2. La Cibu Addituang Sidenreng XII (terakhir)
3. La Calo, arung mallusetasi.
4. I Fatimah, arung Rappeng XXI (terakhir) merangkap addituang Sawitto.
5. We Ica arung manisang.
awwe,, kurru sumange,, pada siruntu manenni wijanna to warani lasoni karaeng massepe,, heheh.
BalasHapusmaaf saya sedikit coddo masalah besitellu lette sidenreng,, bessi yang maaf kalau saya sebut bessi bandrangaia, adalah besi arajang jauh sebelum lamba sidenreng,, bandrangaia bersamaan dengan sebuah keris pusaka lamba 7 yang pernah dimiliki oleh adowangeng sidenreng ke dua (maaf saya lupa namanya), keris itu diberi nama la capu,, lacapu serta bandrangae jauh ada sebelum kerispemberian arung palakka kepada yang mulia, leluhur yang sangat kita hormati la soni karaeng massepe, saya pernah menyimpan tombak sejenis ini, hasil beli dari seseorang yang mengaku wija datu salah satu kerajaan disoppeng, tp saya jual kembali ke orang yang memang harusnya memegannya, karna sy rasa saya belum pantas memegang pusaka tersebut, intinya bandrangaiya adalah arajang dalam suatu kerajaan yang dimn jika besi ini tidak ada maka tidak sahlah pengangkatan seorang raja,
@daengku ancha, agakareba, alhamdulillah kita ketemu disini,,
Iye, kuru sumange'na wErEkkada madEcEngta.. menyangkut perihal ketiga Bessi Banranga sebagaimana telah dicantumkan pada Blog kita bersama ini adalah demikian adanya sesuai keterangan yang kami terima dari orang tua-tua kami. Bahwa Bessi tersebut telah ada dalam perawatan keluarga kita sejak generasi kelima yang urutannya (tabE' maraja) : La Oddang - I KambeccE' - La Dai - La Tiling - La Pamessangi Baso' Parepare - La Tamang Petta Palla'E.. Saya sangat terkesan dengan wawasan anda menyangkut perihal Pusaka (Arajang) serta banyak mendapat tambahan yang bernilai.. Terima kasih, semoga dapat bersua untuk berbincang-bincang dalam suasana silaturrahmi yang lebih erat lagi.. amin.
BalasHapusAncha@ tabe pung perihal tentang puweng'ta I tenri Fatima arung rappeng, addituang sawitto,,siapa'' kah suami puweng'ta? perihal puweng'ta la maddukelleng datu haji cakkuridi wajo klo dari silsilah keluarga kami dari rumpung gilireng beliau masih sepupu 1x dengan la babba petta sulewatang gilireng,datu mappasessu dan datu pajung sepupu 2x dngan andi pariusi kapala arajang gilireng ibni la babba sulewatang gilireng, datu makkulawu EX KDH pinrang sepupu 3x andi pacinongi(bapaknya etta buraneku). klo puweng'ta I tenri Fatimah arung rappeng ,addituang sawitto dari ibunda beliau I baeda addituang sawitto sepupu sekali dengan la tulu cakkuridi wajo, maka puweng'ta I tenri Fatimah sepupu 2x dengan la poci jeniriala gilireng..klo di liat dari silsilah I tenri fatima arung rappeng dengan la maddukelleng datu haji cakkuridi wajo maka la maddukelleng datu haji menikahi tantenya.karna I nomba datu gilireng sepupu 2x dengan I tenri Fatima arung rappeng.
BalasHapusTabe...Saya liat foto Makam Andi Panangngareng Datu Madello di atas,,,apa kah sama Andi Tenri Nangnga Datu Madello yang di makamkan di Jara'e Tempe Kab.Wajo (kota Sengkang)?
BalasHapusmana cerita yng hampir habis penduduk belawa
BalasHapuscerita yng pernah menbantai 1 pasar di belawa ,,,,
3 orng lawan 1 pasar di belawa
1.puan baco'pai
2.pun kemme'
3.puan lapadupai
itu semua nenekq ,,, hehe
my blog
www.firdaus-akaris.blogspot.com
www.putraancha.blogspot.com
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusSalam Sejahterah Buat semua keluarga Disulsel.
BalasHapusNama Saya :
Andi Mulyadi Alias Andi Ladink Anak Dari Andi Maulana Bin Andi Tune & Andi Nurhayati
Cucu Dari Andi Djemma & Anak dari Petta Baki n petta bau rajeng
Anak dari Andi Patongai Datui Doping Arung Belawa (Datu Bolong)
anak dari Andi Mapparimeng.Petta Lonra.
Saya amat senang Dng adanya Blog ini yg mana bisa sedikit bnyknya mempublikasikan di DM,yg akhirnya bisa membuat silsilah keturunan bisa km ketahui dan tentang sejarah keluarga yg bhk bs lebih mengenal.scr jauh.krn maklum,km anak bru kemarin sore sm sekali krng thu tengtang sejarah lampau maupun keluargax terdekat.hehe.tapi
saya atas nama keluarga sngat berterima kasih banyak atas blog ini.sukses selalu
ada tidak lontara yang membahas mengenai lompo lasalama'na sidenreng yang berada di desa massepe
BalasHapusTabE' besar harapan kami kiranya ada yg dapat memberi pencerahan perihal nazab La Sadapotto Addatuang Sidenreng XVI beserta sumber referensinya :-) penasaran siapa dan darimana sebenarnya asal usul kedua orang tuanya ???
BalasHapusassalamu alaikum wr.wb
BalasHapusSaya ingin mengetahui lebih dalam lg silsilah keluarga yang ada di Belawa, yang ada hubungannya dengan Andi Bau Gamatta, sepupu La Ballu dan seluruh keluarga dekatx, karena jujur saya sangat penasaran dengan asal usul mereka di jaman dulu...
walaikum salam itu andi bau gamatta anak y H. andi bau singke nma orang tua y datu bolong jdi andi bau gamatta cucu datu bolong, nama ibu y Andi bau gamatta Andi wilo saudara Andi miri, Andi renreng, Andi wetto, sedang kan Andi bau gamatta 2 aj saudara 1 ayah 1 ibu nma y Andi bau pajung
HapusTabe' bisakh sy di jelaskan terkait Andi Bolong yg menurut cerita etta saya raja di Pammana dan memiliki anak bernama Indo Wero. Email ke hari_1116@yahoo.com
BalasHapusSy sangat memohon agar di cerahkan
Asslm, tabe' bisakah sy tahu silisilah keturunan syekh belawa.
BalasHapussy ada sedikit dengar ceritanya namun sepenggal sj,
Mohon bantuannya apakah ada keturunan beliau yg tahu persis ceritanya.
Ass.
BalasHapusMaaf pak andi oddang menurut saya Datu Doping Andi Bau Patongai dan Andi Bau Mapparimeng Memiliki anak pertama bernama Andi Bau Rajeng, kakak dari Andi Bau Singke
Krna saya kebetulan cucunya dari Andi Bau Rajeng...
Disini saya mau klarifikasi silsilah keluarga Andi Bau Patongai Datu Doping Arung Belawa selaku Kakekku.
Maaf silsilah hasil pernikahan Andi Patongai Datu Doping Arung Belawa dan andi Bau Mapparimeng salah karena anak pertama bernama. Andi Bau Rajeng atau Petta Karaeng kenapa dikasih nama Rajeng dan Karaeng.krn ada sejarahnya,meninggal thn 1985 di kebumikan di Pekuburan Bulu Bellang samping.Petta.Bau Isa bahkan dia sejarahkan waktu.lahir diberi indo pasusu tujuh orang, org belawa tau ceritanya Andi Bau Patiroi anak ke 2' dan beliau berbesanan mereka.menikahkan anak perempuan A.Bau Patiroi dgn cucu laki laki A.Bau Rajeng maaf sy komen krn itulah sebenarnya cari tau sejarah sebenarnya baru ks msuk di media sosial karena bs sja krturunannya keberatan ,biar kau cuci satu.lautan untuk tidak mengakui.kebenarannya tdk akan hilang krn beliau anak pertama dari Datu Doping
BalasHapusIni tulisan tulisan katulu tulu
HapusKalau bisa pak andi kita ralat/perbaiki blog ta ttg silsilah keturunan Andi Bau Patongai Datu Doping Arung Belawa krna cucu2nya sudah keberatan semua bahkan marah dengan isi blok bapak.
BalasHapusSegera klarifikasi Pak andi
Wassalam.
Ini blok blok katulu tulu temmatinro
HapusMaaf pak andi adakah lontara yg bercerita ttg keluarga raja sidenreng yg berangkat ke sawitto sAmpai ke binanga karaeng. Berjuang melawan belanda. Yg benama petta panggulue. Arung latalesse. Dan petta mabbolabatue. Dan arung latallesse meninggal di medan perang di pare pare saat melawan belanda
BalasHapusTrima ksih ulasannya puang...kini saya mengetahui asal muasal andi Patongai..perkenalkan nama saya Rifka elmawati ningsih Andi patongai, putri dari Bpk Abd muthalib andi patongai, cucunda dari Nasuha Andi patongai...saya asal dari sulawesi tengah, Bunta luwuk banggai.....
BalasHapusAssalam'mualaikum....
BalasHapusTerimaksih ulasannya, kini saya mengetahui asal muasal Andi patongai...perkenalkan nama Syaa Rifka elmawati Ningsih Andi patongai, anak dari Bpk abd muthalib andi patongai, cucunda dari Nasuha andi patongai, Asal Bunta,luwuk banggai sulawesi tengah...
Bagus ulasannya. Thanks.
BalasHapusKunjungi juga Tempat Wisata di Luwu Utara
Terima ksih atas uraianya di atass buat penulis mohon uraikan silsilah keluarga daeng pagilling karna kakek sya dari doping ayah sya lahir di palopo namanya andi maddusa daeng pagilling
BalasHapusassalamu alaikum
BalasHapusbisakah ceritakan sedikit sejarah mengenai lamondrie matindro ri gucinna serta keturunannya terima kasih
Saya cucu dari A.Patawari anak dari A.Aco anak dari A.Sada Jeppeng dari soppeng yg dibawa masuk kebelawa oleh sepupu 2 kalinya yakni Datu Bolong. Apakah betul begitu pung?? A.Sada Jeppeng masih kerabat Dengan Datu Bolong yang dibawa ke Belawa dari Soppeng kemudian menetap di Belawa
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusAssalamu 'alaikum wR wB
BalasHapusTerima kasih buat Bpk Andi Oddang atas blognya ini dan salam kenal. Satu lagi ajang untuk menajamkan atau verifikasi / checkcross catatan nasab yang masing masing kita miliki.
Ada beberapa persamaan catatan nasab diblok ini yang similar dengan catatan saya. Misalnya dari Tenri Leleang Pajung Luwu ke Tenri Sessu Aru Pamana ke Makkaraka Baso Tanjung ke A.Juncu ke A. Coppa ke A. Hamid ke A. Tahir hingga ke saya.
Yang kurang sama adalah dari La Pallawagau. Baik ke atas maupun ke bawah.
Catatan saya: BW I ke BWII ke Datu Bola ke.. Datu Baringing..ke.. I Tokencawa Aru Peneki MatinroE Maning Pasa ke La Pallawagau' ke Cangolo ke Temma Wella ke...A.Gawe ke A. Hamid ke A. Tahir dab ke saya.
Bisa sharing dan diskusinya?
Terima kasih.