Aku tidak MENULIS sejarah..tapi kusedang MENGKAJI sejarah..agar kudapat MENGUKIR sejarahku sendiri..

Selasa, 25 Oktober 2011

Saoraja ANDI ABDULLAH BAU MASSEPE DATU SUPPA

MUHIBAH dan PENGABDIAN

Pada tanggal 22 Oktober 2011, penulis beserta Paduka Drs. ANDI AHMAD BESO MANGGABARANI melakukan kunjungan ke Saoraja Bau Massepe Datu Suppa Lolo yang terletak di Jl. Andi Makkasau No. 69 Kota Parepare. "..TabE', tania upomabusung makkalEjja ri Saoraja Alebbirengna Datu Wija SengrimaE, gEssa-gEssai arajang malebbina nasaba' pappakalebbi enrengngE nia' mappEdEceng..", demikian bisik nuraniku ketika menginjakkan kaki di tangga serta memasuki ruang penyimpanan salahsatu "Arajang" (pusaka) Kerajaan Suppa didalamnya.

Penulis mendapati Tombak Pusaka Kerajaan Suppa yang terikat pada tiang Sokoguru (Posi Bola) Saoraja  sudah menghitam penuh debu. Kiranya tidak kurang dari 30 tahunan, pusaka tersebut tidak dibersihkan. Pada bilah besinya sudah penuh karat, maka dengan khidmat penulis memohon ijin untuk membersihkannya sekuat daya kemampuan yang ada. Pada tulisan inilah kuhaturkan sebuah catatan dan foto-foto perkhidmatan, kiranya kelak turunanku dapat mengetahui serta mendapat kucuran hikmah keikhlasannya.

............................................................................................................................

                                          Keterangan Gambar :
                                                    Paduka Drs. Andi Ahmad Beso berdiri pada tangga depan Saoraja.


                                          Keterangan Gambar :
                                          Teras depan Istana seorang Raja Besar yang amat sederhana, pertanda kerendahan hati.


                   


                                          Keterangan Gambar :
                                                    Balairung dan Tamping Saoraja 

                                                    Keterangan Gambar :
                                                   Paduka Drs. Andi Ahmad Beso Manggabarani di balairung utama


                                                    Keterangan Gambar :
                                                    Penulis dengan latar belakang Foto Datu Suppa dan Permaisuri (Datu KanjEnnE')



                                                     Keterangan Gambar :
                                                      Tombak Pusaka Kerajaan Suppa yang terikat di tiang Sokoguru (Posi Saoraja)


                                                     Keterangan Gambar :
                                                                 Ukiran "Pandok" tombak yang diperkirakan berasal dari Abad  XVI

                                          Keterangan Gambar :
                                                    Paduka Drs. Andi Ahmad Beso Manggabarani dan pusaka leluhur
                                                                Keterangan Gambar :
                                                                Menggenggam dan mencoba merasakan kearifan dari masa lalu


Menapak serta menyentuh kediaman mendiang Andi Abdullah Bau MassEpE Datu Suppa Lolo  menerbitkan haru serta  kekaguman yang tiada habisnya. Membayangkan kehidupan kesehariannya sebagai seorang Raja Hartawan pada jamannya, namun kerendahan hati dan jiwa patriotnya memintanya untuk mengorbankan segenap harta, keluarga dan jiwa raganya sendiri.

Kerendahan hatinya tercermin dari bentuk Saorajanya yang amat bersahaja. Tangganya hanyalah merupakan tangga biasa, bukannya "AddEnEng Sapana" (Tangga Istana) yang memiliki 3 induk tangga (Tellu Indo' AddenEng)  sebagaimana biasanya Saoraja yang sesungguhnya. Wuwungannya hanyalah sebatang kayu tonggak, bukannya "Mattanru'" sebagaimana halnya Salassa. Bahkan teras dan bangunan dapurnya tidaklah diberi wuwungan tersendiri, padahal Saoraja yang bagaimana lagi yang tidak pantas dihuni seorang "Datu Suppa" yang merupakan "Ana' Pada"  (putera sederajat) serta "Ana' Mattola" (Putera Mahkota) Raja Bone dan Raja Gowa sendiri ?

Keterangan Gambar :
Suami Isteri Patriot Bangsa. Andi Abdullah Bau MassEpE Datu Suppa Lolo dan Andi Soji KaraEng KanjEnnE Datu Suppa
         

Keterangan Gambar :
Berdiri di depan dari kiri ke kanan : Andi PangEran Petta Rani Arung Bulo-Bulo (Ex. Gubernur Sulawesi, Putera Andi Mappanyukki ArumponE), Andi Soji KaraEng KanjEnnE Datu Suppa (Menantu Andi Mappanyukki ArumponE, Permaisuri Andi Abdullah Bau MassEpE Datu Suppa Lolo), Andi Mappanyukki Sultan Ibrahim Mangkau ri BonE, Ir. Soekarno (Presiden RI), ......., I Padjongan DaEng NgallE KaraEng PolombangkEng dan Andi Sultan DaEng Raja KaraEng Gantarang (?).                 
                          
Sungguh benarlah kata orang bijak dari masa lalu, bahwa keagungan seorang Raja bukannya terletak pada rumah hunian serta pusaka yang dimilikinya, melainkan pada kepribadian dan prilakunyanya yang mulia. Baginda Andi Abdullah Bau MassEpE Datu Suppa Lolo adalah seorang "Pejuang Besar" yang dianugerahi "Pahlawan Nasional Republik Indonesia". Seorang patriot gagah perkasa yang pantang menyerah sehingga lebih memilih mati tersiksa daripada mengucap "Ampun" dihadapan Wensterlin , Perwira NICA yang haus darah itu. .

Sebaliknya, jalan-jalanlah ke Belawa. Rumah model Saoraja dan Salassa kini berdiri teguh dimana-mana. Namun jangan tanya dari mana asal muasalnya..


Wallahualam Bissawab..                                           

Rencong Aceh



Kenang-kenangan dari Sdr. Teuku Sulaiman, sahabat penulis dalam tahun 2005. (koleksi dalam perawatan penulis)

Kawali Sippasikadong



Badik berpamor "Sippasikadong" kenang-kenangan buah tangan  LA SONGGO, sahabat penulis yang berprofesi Pandai Besi di Massepe, Kabupaten Sidrap. (koleksi dalam perawatan penulis)

Senin, 24 Oktober 2011

Pertemuan Akbar III Anak Cucu Addatuangta Sidenreng

MAPPASIRUI SOMPUNGLOLO

Pada hari Selasa, 11 Oktober 2011 bertempat di Lt.2 Makassar Golden Hotel, telah diadakan pertemuan segenap anak cucu ANDI MAPPANGILE KARAENG TINGGIMAE ADDITUANG SIDENRENG yang diselenggarakan oleh Rumpun Keluarga Besar ANDI SOJI KARAENG KANJENNE DATU SUPPA. Adalah merupakan kehormatan yang amat besar karena Ibunda Penulis menerima undangan untuk menghadiri acara tersebut, selaku wakil rumpun Belawa.

Hadir mewakili ibunda, penulis beserta anak isteri, Kakanda H. Andi Pajung dan Adinda Andi Maddukelleng sekeluarga. Penulis beserta rombongan terkesima melihat banyaknya peserta yang hadir mengenakan pakaian putih pada acara tersebut. Telah hadir Puekku Hj. Andi Dalauleng (Datu Uleng) dan Puekku Hj. Andi DalawEttoing (Datu ToEng). Kedua junjungan kami tersebut adalah puteri Mendiang Puekku Letnan Jenderal Andi Abdullah Bau MassEpE Datu Suppa Lolo dengan Hj. Andi Soji KaraEng KanjEnnE Datu Suppa. Kedua junjungan kami adalah kemenakan langsung daripada Puekku MallinrungngE Andi Laonrong Arung Belawa (Datu Laonrong adalah kakak kandung Andi Soji KaraEng KanjEnnE' Datu Suppa). Maka inilah turunan pewaris trah Belawa yang sesungguhnya, setidaknya itulah menurutku...

Pada acara akbar tersebut telah hadir pula generasi sepuh, yakni : Puekku H. Andi BEso' Manggabarani KaraEngta TinggimaE' bersaudara (adik Datu Laonrong Arung BElawa), H. Andi Oddang (Mantan Gubernur), para isteri dan para puteri Puekku H. Andi Bau KunEng Datu Suppa Lolo, isteri dan para putera Puekku Mendiang Andi Bau Amessangeng (Bau Wiccang), Putera puteri Mendiang Paduka Andi Sapada, serta segenap rumpun keluarga Raja dari Ajattappareng (Sidenreng, Rappang, Sawitto, Suppa, Alitta, Bacukiki dan MallusEtasi), Soppeng, Barru, Gowa, Takalar dan Wajo yang diwakili oleh penulis beserta rombongan.
..................................................................................................................
Kiranya tiada yang lebih penting untuk menjadi catatan penulis, bahwa segala yang nampak pada acara Silaturrahmi tersebut adalah : SipakamasE-masE, Sipakaraja na MassEddi Siri rilalengna gau' pangadereng marajaE (saling asih, saling menghargai dan menyatukan persepsi mengenai harkat martabat adat kebesaran). Segenap peserta yang datang dari latar belakang ekonomi yang berbeda hadir dengan mengenakan busana yang sama, yakni : serba putih yang melambangkan kebersamaan serta kesucian niat dan itikad yang sama, selain daripada untuk mengenang kegemaran Almarhum Andi MappangilE KaraEng TinggimaE Addituang SidEnrEng yang memang semasa hidupnya gemar mengenakan busana serba putih.


Penulis sendiri menyaksikan pula bagaimana kentalnya suasana sipakamasE (saling asih) diantara para generasi satu dengan yang lainnya. Adalah suatu moment yang sangat berkesan ketika Puekku Datu ToEng bersaudara menyambut kami dengan sangat ramah dan akrab, seraya memperkenalkan kami kepada segenap hadirin selaku "keluarganya yang sangat dekat". "makawE ladde'mopa riya'.." (mereka masih sangat dengan kami..), ujar junjunganku tersebut.

Sesungguhnya nenek buyut kami, yakni : Andi Batari PettaE Lonra bersaudara dengan nenekda beliau, yakni : Andi Panangngareng Datu Madello (Ibunda Andi Soji KaraEngta KanjEnnE' Datu Suppa), namun yang sesungguhnya Puekku Datu ToEng bersaudara adalah "Panji Kehormatan" dan kami bersaudara adalah tiangnya. "Akkomoi puekku DatuE monro alebbirengna ataE iya maneng, Pueng.." (sesungguhnya martabat kemuliaan kami terletak pada anda, Tuanku..), demikian kalimat persembahanku pada Puekku Datu ToEng.



                                          Keterangan foto :
                                                    Penulis dan kakanda H. Andi Pajung berbincang-bincang dengan Puekku
                                                    Hj. Andi DalawEttoing (Datu ToEng).

Hingga disela-sela acara, penulis diminta untuk menyampaikan sepatah kata seraya memimpin do'a kiranya semoga penyelenggaraan acara pertemuan akbar yang penuh hikmah itu mendapatkan berkah pahala yang bernilai pahala disisi Allah. SWT. "Perkenankan kami menyampaikan hormat dan takzim kepada junjungan Ishak Manggabarani KaraEng MangEppE Datu Pammana Arung Matoa Wajo yang anak cucunya berkumpul pada tempat yang berbahagia ini...", demikian pembuka persembahan kataku...




Bahwa dari penelusuran penulis pada Lontara Silsilah Raja-Raja di Sulawesi Selatan, kiranya tidaklah terlalu berlebihan jika dikatakan bahwa : jalur Puatta ISHAK MANGGABARANI KARAENG MANGEPPE DATU PAMMANA ARUNG MATOA WAJO ke-43 (1900-1916) adalah salahsatu titik sentral yang memperhubungkan segenap rumpun Raja-Raja se-Sulawesi Selatan dan Barat pada jamannya.

Baginda ISHAK MANGGABARANI KARAENG MANGEPPE DATU PAMMANA ARUNG MATOA WAJO ke-43 (1900-1916) adalah putera TO APPATUNRU KARAENG BEROANGING dari permaisurinya, yakni : I MADELLUNG KARAENG TANETE (saudara kandung I KUMALA SULTAN ABD. KADIR KARAENG LEMBANGPARANG SOMBA GOWA ke-32).

TO APPATUNRU KARAENG BEROANGING adalah putera MUH. ARSAK PETTA CAMBANGNGE dari isterinya, yakni : I NOMBA DATU PAMMANA (puteri LA SETTIANG OPU MADDIKA BUA dengan I SOMPA DG. SINRING DATU PAMMANA). Sementara MUH. ARSAK PETTA CAMBANGNGE dari isterinya yang lain, yakni : PETTA MAPPALAKKAE, melahirkan seorang puteri bernama : I CINNA yang diperisteri oleh LA MAPPALEWA ARUNG LOMPU, melahirkan : LA PARENRENGI ARUMPOGI MANGKAU RI BONE ke-27 (suami WE PANCAITANA BESSE KAJUARA DATU SUPPA MANGKAU RI BONE ke-28).

Sosok MUH. ARSAK PETTA CAMBANGNGE adalah merupakan tokoh sejarah yang amat unik. Konon beliau yang merupakan putera LA WAWO ADDATUANG SIDENRENG ke - 14 dari permaisurinya yang bertahta di Pammana, tidaklah pernah menduduki sebuah tahta dimanapun, namun putera puterinya yang kelak menjadi penguasa tahta paling berpengaruh di Sulawesi Selatan hingga memasuki abad ke - 20. Beberapa puteranya yang lain merupakan saudara kandung TOAPPATUNRU KARAENG BEROANGIN, adalah : LA CICCING AKIL ALI KARAENG MANGEPPE DATU PAMMANA ARUNG MATOA WAJO ke-42, LA PANGURISENG ADDATUANG SIDENRENG ke-15, TOACCALO ARUNG MAIWA dan LA MANUJENGI PETTA PILLA RI WAJO.


Bahwa ISHAK MANGGABARANI KARAENG MANGEPPE DATU PAMMANA ARUNG MATOA WAJO ke-43 adalah kemenakan tercinta dari pamannya (LA CICCING AKIL ALI KARAENG MANGEPPE DATU PAMMANA ARUNG MATOA WAJO ke-42), memperisterikan I DALAWETTOING KARAENG KANJENNE, maka lahirlah putera baginda yang terkenal, yakni : I PARENRENGI KARAENG TINGGIMAE DATU AJATTAPARENG. Dari pernikahan I PARENRENGI KARAENG TINGGIMAE DATU AJATTAPARENG dengan I TENRI MUNTU (puteri LA SADAPOTTO ADDATUANG SIDENRENG ke-16, sepupu sekali ISHAK MANGGABARANI), maka lahirlah ANDI MAPPANGILE KARAENG TINGGIMAE ADDATUANG SIDENRENG ke-17.

Hingga ketika ANDI MAPPANGILE KARAENG TINGGIMAE ADDATUANG SIDENRENG ke-17 mempersunting ANDI PANANGNGARENG DATU MADELLO (putera LA TENGKO PETTA MANCIJI RI WAJO dengan I SOJI ARUNG GANRA  DATU MADELLO) yang merupakan cucu` lansung LA TUNE SANGIANG ARUNG BETTEMPOLA dari pihak ayah dan juga cucu langsung LA ONRONG DATU PATTIRO DATU SOPPENG dari pihak ibunya, maka lahirlah : ANDI LAONRONG ARUNG BELAWA dan Hj. ANDI SOJI KARAENG KANJENNE DATU SUPPA. Maka bersatulah darah trah Pammana, Gowa, Sidenreng, Soppeng, Bettempola, Suppa dan Belawa. Kemudian pernikahan Puekku Hj. ANDI SOJI KARAENG KANJENNE DATU SUPPA dengan ANDI ABDULLAH BAU MASSEPE DATU SUPPA (putera ANDI MAPPANYUKKI SULTAN IBRAHIM DATU SUPPA MANGKAU RI BONE BIN SULTAN HUSAIN SOMBAYYA GOWA TUMINANGA RI BUNDUKNA dengan BESSE BULO BINTI LA SADAPOTTO ADDATUANG SIDENRENG) maka putera puterinya semakin menyatukan darah wangsa Bone dan Gowa.












Akhirnya dengan senantiasa mengingatkan pada pesan Latoa, bahwa : dE' seuwwa pancajingenna Puang Allahu Ta'Ala paullE mpeddEi apinna wija-wijakku, sangadinna lakkona mato mpeddEi warana , maka kiranya kegiatan Silaturrahmi seperti inilah yang mestinya dilestarikan oleh segenap rumpun untuk menebarkan perilaku mulia bagi anak cucunya. Naiyya assumpuloloE, siriga essE bua-buagi... Wassalam.


Minggu, 23 Oktober 2011

Pedang Belanda







Pedang rampasan dari Marsose Pemerintah Hindia Belanda pada penghujung abad XIX. Pada batang pedangnya tertulis "MILSCO" yang kemungkinan singkatan dari "Militaries Compeni". (koleksi dalam perawatan penulis)

Badik Luwu










Sesungguhnya lelaki itu terlahir bersama kekurangannya, yakni tulang rusuknya kurang satu pada sisi kiri tubuhnya. Maka sebilah badik disisipkan pada bagian yang kurang itu sebagai pelengkap baginya. Namun sesungguhnya, pelengkap paling mulia bagi seorang lelaki, adalah : Wanita sholehah.

Badik luwu berpamor "Mabboribojo", bombang dan daun nipah ini dulunya memiliki perhiasan sepasang mustika lipan (ulawu balipeng) pada gagangnya. Namun kini batu berharga itu telah hilang. Badik kesayangan yang tak pernah diharapkan keluar dari sarung warangkanya. Tiada lain hanyalah wujud pelestarian serta rasa cinta teramat dalam terhadap warisan budaya leluhur. (pusaka dalam perawatan penulis)

Topi Emas






Songko' Pamiring (bugis) atau Songko' Nipabiring BulaEng (makassar) serta lebih dikenal luas sebagai "Songko' To BonE". Penutup kepala khas etnik Sulawesi Selatan dan Barat yang merupakan lambang status strata kebangsawanan pria. Tingkatan kebangsawanan pemakainya tidak dihitung dari tebalnya garis emas pada songkoknya, melainkan jumlah garis emas dari pinggir bawah hingga diatasnya.

Songkok emas diatas terdiri dari masing-masing kurang lebih 1 1/2 ringgit emas murni, merupakan salahsatu dari himpunan pusaka keluarga Manggabarani. (Pusaka dalam perawatan Paduka Drs. Andi Ahmad Beso Manggabarani sebagaimana pada potret beliau)

Ketika Pusaka Menemukan Tuannya




                           














Pada tanggal 30 September 2011, La KancingkalEna telah mengenakan busananya yang sesungguhnya. Bertatahkan 10 butir batu permata Mirah Delima (Ruby) kiranya layak menjadi perhiasannya, walau kutahu itu belumlah sepadan daripada busana aslinya. Pertanda cinta dan kasih serta wujud syukur atas takdir bersamanya.., Keris Pusakaku. (Pusaka dalam perawatan penulis)