PERBINCANGAN TENTANG HARIMAU
Alkisah, ..entah pada bab mana di Sastra I La Galigo (yang
jelas tidak pada catalog R.A.Kern), Puetta Sawerigading murka pada kucing
kesayangannya yang “matojo” (mbalElo). Kucing itu melompat di daratan besar
yang kini dikenal sebagai Pulau Sumatera. Berbagai cara diusahakan untuk
membujuknya naik ke Armada WElenrEngngE, namun Si Pus itu tidak bergeming. Maka
keluarlah kutuk dari mulut Sang Manusia Dewa itu. “Aja’ mEmengna muakkalEjja’
ri tanaku, rEkko mulEjja’i, maponco’ sunge’mu !” (Jangan sekali-kali
menginjakkan kaki kembali di Tanahku, kalau kau menginjaknya, akan pendek
umurmu !), kira-kira demikian amsalnya. Walhasil, kucing itu kini menjelma
menjadi : Harimau Sumatera.
Demikian antara lain, legenda tutur yang kerap diperbincangkan
diseluruh pelosok Tana Ugi.
…………………………………………………………………………………………………….
Tahun 1988, Bp. Mirdin Kasim dengan senyum khasnya berseloroh padaku..,
“..tahun 50-an, pernah
ada Kebun Binatang di Ujung Pandang (Kota Makassar kini). Tapi Kebun Binatang
itu tutup karena harimaunya selalu mati. Berkali-kali diganti, namun paling
tinggi sebulan, Harimau Sumatera itu mati tanpa sebab yang jelas”, kisahnya.
“Tahukah kau kira-kira apa penyebabnya ?”, tanyanya
tiba-tiba.
Saya tersentak karena asyik mendengarkan kisahnya yang
ternyata berujung pertanyaan. Biasa .., gaya beliau memang demikian.
“Pasti karena tuah kutukan Sawerigading, Opu !”, sahutku meyakinkan.
“Ha ha.. bukan begitu. Hal yang sesungguhnya karena
harimau-harimau itu sebenarnya mendapat jatah makan 10 kg daging segar setiap
hari. Namun, ternyata hewan langka itu sehari-hari diberi makan 3 kg per hari.
Akibatnya, mereka kelaparan.. gampang terkena penyakit, sakit lalu mati..”
“Lho, emang selisih 7 kg-nya dimana, Opu ?!”, sergahku
heran.
“Tanya pada penjaganya.., he he”, sahutnya terkekeh.
Tinggallah saya yang garuk-garuk kepala hingga hari ini.
…………………………………………………………………………………………………………..
Wallahualam Bissawwab.
salam blogger.. dari orang belawa...mudah2 an bisa ktm...
BalasHapus