Aku tidak MENULIS sejarah..tapi kusedang MENGKAJI sejarah..agar kudapat MENGUKIR sejarahku sendiri..

Minggu, 08 Juli 2012


PERBINCANGAN TENTANG HARIMAU



Alkisah, ..entah pada bab mana di Sastra I La Galigo (yang jelas tidak pada catalog R.A.Kern), Puetta Sawerigading murka pada kucing kesayangannya yang “matojo” (mbalElo). Kucing itu melompat di daratan besar yang kini dikenal sebagai Pulau Sumatera. Berbagai cara diusahakan untuk membujuknya naik ke Armada WElenrEngngE, namun Si Pus itu tidak bergeming. Maka keluarlah kutuk dari mulut Sang Manusia Dewa itu. “Aja’ mEmengna muakkalEjja’ ri tanaku, rEkko mulEjja’i, maponco’ sunge’mu !” (Jangan sekali-kali menginjakkan kaki kembali di Tanahku, kalau kau menginjaknya, akan pendek umurmu !), kira-kira demikian amsalnya. Walhasil, kucing itu kini menjelma menjadi : Harimau Sumatera.


Demikian antara lain, legenda tutur yang kerap diperbincangkan diseluruh pelosok Tana Ugi.

…………………………………………………………………………………………………….



Tahun 1988, Bp. Mirdin Kasim dengan senyum  khasnya berseloroh padaku..,

“..tahun 50-an,  pernah ada Kebun Binatang di Ujung Pandang (Kota Makassar kini). Tapi Kebun Binatang itu tutup karena harimaunya selalu mati. Berkali-kali diganti, namun paling tinggi sebulan, Harimau Sumatera itu mati tanpa sebab yang jelas”, kisahnya.

“Tahukah kau kira-kira apa penyebabnya ?”, tanyanya tiba-tiba.

Saya tersentak karena asyik mendengarkan kisahnya yang ternyata berujung pertanyaan. Biasa .., gaya beliau memang demikian.

“Pasti karena tuah kutukan Sawerigading, Opu !”, sahutku meyakinkan.

“Ha ha.. bukan begitu. Hal yang sesungguhnya karena harimau-harimau itu sebenarnya mendapat jatah makan 10 kg daging segar setiap hari. Namun, ternyata hewan langka itu sehari-hari diberi makan 3 kg per hari. Akibatnya, mereka kelaparan.. gampang terkena penyakit, sakit lalu mati..”

“Lho, emang selisih 7 kg-nya dimana, Opu ?!”, sergahku heran.

“Tanya pada penjaganya.., he he”, sahutnya terkekeh.

Tinggallah saya yang garuk-garuk kepala hingga hari ini.

…………………………………………………………………………………………………………..



Wallahualam Bissawwab.

1 komentar: