Aku tidak MENULIS sejarah..tapi kusedang MENGKAJI sejarah..agar kudapat MENGUKIR sejarahku sendiri..

Minggu, 26 September 2010

Ininnawa (2)

Aju Malempuu'E (kayu yang lurus)

Pertengahan tahun 1999, penulis bertemu Bp.Alm. Mirdin Kasim (Mantan Walikota Parepare) di Tanjung Bira. Beliau adalah sosok yang amat kukagumi dalam banyak hal, terutama : Kepribadiannya yang jujur. Perbincangan kami berlangsung menarik hingga tidak terasa waktu merambat hingga jam 2.00 dini hari. Kebetulan saja waktu itu beliau menginap di tempat kami, yakni : Kaluku Kafe And Bungalow.

" Saya sangat mengenal Opu , tapi tentu saja Opu tidak mengenal saya...", kataku diawal perbincangan. 
" Kau kenal saya dimana ? ", tanya beliau akrab.
" Ketika Opu menjadi Walikota Parepare dulu, saya adalah salah seorang warga Parepare.."
" Lalu apa yang kau tahu tentang saya semasa masih Walikota dulu ? ", tanyanya ringan.
" Saya tahu jika Opu adalah pemimpin paling jujur yang pernah saya kenal ", jawabku mantap.
" Bagaimana bisa kau tahu jika saya jujur ? ", sergahnya sambil menatap mataku dengan tajam.
" Tentu saja saya tahu, Opu. Pada suatu hari, saya dan teman-teman berkunjung ke Rumah Jabatan Walikota dalam rangka mengedarkan les sumbangan untuk penyelenggaraan MUSCAB AMPI. Waktu itu Opu sendiri yang menerima kami. Namun kami terpaksa pulang dengan tangan kosong karena Opu menyuruh kami kembali pada tanggal 1 bulan depan setelah Opu terima gaji..."...
...........................................................................................
Sungguh, terlalu sulit mendapatkan sosok keteladanan dimasa kini. "mistar kayu" semakin langka, sehingga semakin sulit mengukur diri. "Akkitaki' lao ri ale'E.. Makurangni Aju Lempu " (lihatlah di dalam hutan, batang pohon yang lurus semakin langka..). Batang pohon yang lurus terlalu sulit untuk tumbuh di tanah berbatu, sebagaimana kejujuran tak akan pernah bisa tumbuh pada hati yang kotor.

Batang pohon yang lurus juga tak akan dibiarkan tumbuh sampai besar disebabkan 2 hal, yakni :

1)*. Kayu lurus terlalu banyak difungsikan oleh manusia. Ia digunakan sebagai tiang soko guru (Posii Bola) pada sebuah rumah hingga istana Raja sekalipun. Ia pula yang dijadikan sebagai bahan pasak (Pattoloo) yang menyatukan barisan tiang rumah yang tinggi menjulang. Bahkan ia pula dipergunakan sebagai tiang wuwungan atap yang tempatnya diatas sana... Demikian pula dengan Manusia yang memiliki sifat Jujur. Ia senantiasa dicari dan dibutuhkan dimanapun kehidupan ini berlangsung. Bahkan, orang yang tidak jujur pun memerlukannya. Naiyya To Lempuu'E, manguru manaa'i To Sugii'E (sesungguhnya orang jujur mendapatkan garis warisan yang sama dengan orang kaya). Ia selalu ditinggikan dengan derajat yang mulia diantara para orang-orang mulia.

2)*. Pohon kayu yang lurus juga senantiasa ditebang karena dibenci. Karena pohon-pohon bengkok akan kentara bengkoknya jika tumbuh disekitarnya. Demikian pula dengan orang yang berkepribadian jujur. Orang-orang culas akan selalu risih jika ia membaur bersamanya. Bahkan pada situasi dan kondisi tertentu, ia harus ditebang dengan "berat hati". Apa boleh buat, terpaksa harus disingkirkan karena ia dapat membahayakan posisi para manusia culas disekitarnya.

Tetapi tumbangnya pohon lurus dan pohon bengkok berbeda pula. Kayu lurus jika tumbang, tidak akan patah terhempas di tanah. Naiyya Aju Lempuu'E, bueng tettassangra mua (sesungguhnya kayu lurus, walau jatuh tak akan patah). Sementara pohon bengkok jatuhnya akan mengakibatkan cabang-cabang dan batangnya berpatahan. Demikian pula dengan orang jujur, walau jatuh binasa berkalang tanah namun namanya akan tetap dipuji dan dikenang. " Mauni silipuu alatiE, Mappaseng ri nippiE, Teya tenrisEnge'..." (Walau sekampung dengan cacing, berwasiat dalam mimpi, takkan mungkin tak dikenang...). Orang jujur, walaupun mati berkalang tanah ( silipuu alatiE= sekampung dengan cacing), namun nama dan sifat baiknya senantiasa dijadikan kenangan.

Namun halnya dengan kayu yang bengkok, apa gerangan fungsi dan kegunaannya ? ...Tiada lain dan tiada bukan, ia hanyalah berguna sebagai bahan pembuatan Rakkala (Bajak Sawah). Itupun hanya sekali dalam 5 tahun.. Ia senantiasa akan bergaul dengan lumpur dan kotoran kerbau. Demikian pula dengan orang yang tidak jujur. Lingkup pergaulannya adalah pada dunia dimana kemaksiatan tumbuh subur..

...sungguh, "kejujuran" adalah sifat yang dikagumi, disukai dan disegani oleh semua orang. Namun tidak semua orang mampu berprilaku jujur...

CEko riyala sanrEseng
Pajaneng temmalampE'
riyala pakkawaru
........
Lempuu riyala sanrEseng
Pajaneng masumange'
MadEcEng laona

Arti bebasnya kira-kira sebagai berikut:

Jika sifat curang dijadikan pedoman (sandaran)
Tentulah takkan mungkin lestari
Untuk dijadikan pengharapan
.............
Jika kejujuran dijadikan pedoman (sandaran)
Tentulah akan menjadi sesuatu yang indah
Segala sesuatunya akan baik

Wallahualam bissawwab.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar