GUGAH NURANI
Akhir2 ini, saya keranjingan hobby baru, yakni : Air Soft Gun.. Maka sasaran tembak dalam benak saya tertuju pada rombongan komunitas burung "cuwiwi" (belibis ?) di Danau Tempe.. Burung liar yang rasanya terkenal gurih itu. Dagingnya empuk, harum dan bahkan tulangnya terasa crispy, bagai kerupuk kentang.
Hingga pada hari minggu lalu, adik Andi Madhe (Andi Maddukelleng) berkisah tentang trik berburu Burung Cuwiwi.. "..bidik satu ekor diantaranya, tarik picu dan dor !.. kena satu. Cuwiwi yg lainnya akan berhamburan, terbang ke segala penjuru. Namun, tunggu dulu ! Jangan terburu-buru memungut burung yang kena itu.. Biarkan selama beberapa menit. Pasangannya pasti akan datang mencarinya.. Ia akan menempuh bahaya apapun, demi pasangannya. Maka.. pemburu yang tahu hal ini, pastilah akan selalu mendapatkan sekurang-kurangnya sepasang burung cuwiwi..", demikian fatwanya.
Duhai, bahkan pada burungpun dikaruniai kesetiaan. Sesuatu yang ada pastilah berkat adanya perasaan dalam hatinya yang kurang lebih tidak lebih besar dari biji jambu mente. Saya yakin jika burung-burung itu memiliki nurani dengan kesetiaannya. Sejumput kemurnian rasa yang tidak mutlak bersatu dengan akal pikiran..
Ininnawa, bagaimana menuruti hasrat sebatas lidah pengecap dengan mengabaikan nurani yang tersentuh iba dan haru ini ? Sayup-sayup terdengar riuh rendah bunyi serombongan cuwiwi yang bermain-main seraya mencari makan di tengah danau.. Terdengar ceria dan gembira, oleh kemerdekaan alam yang menurutnya berkah. Namun ketika singgah sejenak pada kandang cuwiwi di warung Lawawoi, suaranya kok beda ? ..terdengar rintihan memelas, menggugah hingga sukma jiwa yang paling dalam.. Sesama ciptaan Tuhan. ..yang kepadanya juga dititip jiwa dan perasaan sebagaimana kita, anakku.
Maka hari ini, kuelus senapan ini, anak-anakku.. Sasarannya kini adalah sederetan kaleng minuman.
Pesan Hari Jum'at, kepada : Anak-anak dan adik-adikku.
meloni tu langka cawiwie aja diburui kasian
BalasHapus