BADIK
Kau sungguh kekasihku, badikku putih baja,
Teman berkilau dan dingin;
Ditempa anak Jorja yang mengidam dendam,
Diasah anak Sirkas perkasa.
Tangan yang mesra, dalam manis pamitan,
Memberikan dikau, penanda sejenak pertemuan;
Diapun darah menggelimang pada logammu,
Tangis bersinar - mutiara pilu.
Dan para mata hitam berpaut pada pandangku,
Nampaknya seakan dilinangi sedih yang mencair;
Bagai matamu cerah, dimana nyala gemetar,
Mereka cepat redupnya, lalu gemilang.
Kau bakal lama teman seiringku !
Nasehati daku sampai saat ajalku !
Aku mau jiwaku nanti keras dan setia,
Seperti dikau, temanku berjantung baja.
LAYAR DI LAUT
Putih layar itu dan sepi
Pada biru abadi berkabut;
Lari dari apa dipangkalan sendiri ?
Apa dicari dalam yang baru ?
Ombak-ombak menggila dan angin melulung
Dan tiang-tiang gemeretakan.
Sayang ! Ia bukan meluputi sial
Pun bukan memburu kemujuran.
Dibawahnya : arus, gelombang lazuardi
Diatasnya : dada emas mentari.
Tapi ia, pemberontak - mengajak badai
Seakan ada damai didalam badai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar