SIBALI RENNU ?
..MappapolE akkatta madEcEng, Mappasita rennu, Mappasibali rio, Mappasitinaja saro masE, Mattaro sEngereng.. (..menyambut kehendak baik, mempertemukan harapan, membalas kegembiraan, menyesuaikan ketulusan, meninggalkan kenangan baik..).
.........................................................................................................................
..pada geliat hari-hariku, terutama jika menyangkut dengan perhubungan Silaturrahmi, kiranya tiada berlebihan adanya jika kuingin menggembirakan setiap orang yang kukenal. ..dan kukira semua orangpun demikian. Entah ia adalah keluarga, teman, kolega atau bahkan seorang atasan. Melihat binar-binar harapan dimatanya yang kemudian diungkapkannya dengan pujian, kiranya detik-detik yang amat singkat itulah disadari atau tidak disadari menjadi moment yang "menyenangkan". "..Alhamdulillah, legalah sudah. Terima kasih sebelumnya, Pak Andi..., nalaha dEcEng engkaki wedding tulungnga'..", demikian kira-kira ucapnya seraya menjabat erat tanganku.
Sesungguhnya disadari jika jenis pertolongan yang dijanjikan itu adalah sesuatu yang berat, bahkan kadang agaknya mustahil. Namun siapakah kiranya yang "tega" melihat kerut dikening seseorang yang memohon dengan penuh harapan ?. Apalagi jika ia berkata, " idi'mi tu urennueng, Pak.." (..tinggal anda harapan saya satu-satunya..), hingga Subhanallah.. Aku merasa tersanjung hingga hampir-hampir merasa diri sebagai " dewa penolong". "IyE', aja'na tapikkiriki, narEkko napuElo'i PuengngE, dE'sahatu namawatang nawedding wusahangengki'.." ( iya, tidak perlu dipikirkan lagi, Insya Allah agaknya ini bukanlah hal yang terlalu sulit buat kuusahakan bagi anda..), timpalku seketika itu.
Hingga pada beberapa kejadian, janji bantuan yang pada dasarnya adalah "Mission Imposible" itu akhirnya tinggal janji. Maka orang yang menunggu bantuan tersebut megap-megap bagai ikan yang terhampar di daratan, menunggu setetes air hujan dari langit pada geringnya kemarau panjang.
..meragukan diri dan diragukan orang lain pula, kiranya itulah jadinya kini. Mungkinkan aku ini munafik ?. Apakah aku sesungguhnya gila pujian ?.. Ataukah aku terlalu memandang diri "terlalu pintar" ?. Duhai, Naudzubillah, semoga Allah melindungi kami pada biang penyakit ahlaq itu, yakni : Munafik dan Sombong. Namun sesungguhnya, aku tidak mampu berkata "TIDAK" pada setiap permintaan bantuan. Akupun tidak tega pula melihat orang lain berputus harapan. Setidaknya kuingin menyambung asanya agar harapannya tidak sirna pada saat itu. Namun kutahu pula, Allah SWT pasti MARAH padaku karena selalu menjual nama-Nya pada setiapkali bertemu dengan orang yang mengharap tersebut. "..iyE, Bajapi.. Insya Allah !" ( iya, Besok.. Insya Allah !).
Bukannya menanam janji tanpa berusaha, melainkan mencurahkan segala kemampuan yang ada untuk mewujudkannya. Hingga kadangkala, prioritas terhadap keperluan anak isteri dan diri sendiri terabaikan pula. Namun, sesungguhnya setiap manusia manusia memiliki batas kemampuan. Maka kekeliruan utamanya adalah : Gagal mengetahui batas kemampuan diri sendiri..
Sungguh sulit mewujudkan wasiat Sang Leluhur, "Aja' lalo muwaliengngi pale' marennunna padammu rupa tau, narEkko mawatangngi ri sEsEmu, Puang Allah Ta'ala matti' ringengiko, ikkeng Ane Eppoku.." (Jangan sekali-kali menelungkupkan tadahan tangan sesamamu yang memohon pertolongan, sekiranya sulit bagimu, nantilah Allah Ta'ala yang meringankan beban itu bagimu..). Hingga Al Quranul Kariim sendiri memberitakan kesulitan Sang Pembawa Risalah sendiri dalam menanggung beban penderitaan demi kasih yang tak terukur pada umatnya.. "..wa man yattaqillaaha yaj'Allahul mahroja, wa yarzukuhuw min khoisu laa yahtazib, wa man yatawaqqalil 'alaLlaahu fa Huwa hasybuhuww, innaLlaaha baaliguwl amrihiyy, qod'ja'alallaahu likulliy syai'in qodr..". (buat anak-anakku, agar menjadi ibrah dalam mengharapkan keridlaan Allah SWT)
Wallahualam bissawwab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar