Aku tidak MENULIS sejarah..tapi kusedang MENGKAJI sejarah..agar kudapat MENGUKIR sejarahku sendiri..

Selasa, 01 November 2011

Malaweng

MALAWENG

"..aja' mumalaweng, ana'. Nasaba maEgatu riyaseng malaweng. Malaweng kEdo, malaweng pakkita, malaweng pakE, malaweng ada, onrongnnaE laingnggE.."..

.....................................................................................................
Demikian antara lain wasit nenekda Andi Mapparimeng kepada anak cucunya. Sungguhpun "Malaweng" adalah kosa kata Bugis lama yang baru kumengerti, namun kurang lebih dapat dimaknai sebagai sesuatu yang "berlebihan" sehingga menjadikan sesuatu tidak bermatabat atau mungkin saja lebih mendekati pengertian : "genit". Maka terjemahan bebas wasiat tersebut kurang lebih, adalah : "..janganlah genit pada segala hal, anakku. Sesungguhnya banyak hal yang dapat disebut berlebih-lebihan (genit), yakni : genit bertingkahlaku, genit pandangan, genit berbusana, genit berkata-kata serta banyak lagi yang lainnya.."

"Tania poji rialE, tabE.." (bukannya menyanjung diri, mohon maaf..), menurut pengenalan kami perihal Nenekda Andi Mapparimeng bahwa beliau semasa hidupnya adalah peribadi yang sangat bersahaja. Sabar dalam bertingkahlaku serta senantiasa ikhlas dan tawadlu pada segala hal. Beliau menyebut "ndi" pada siapapun yang menurut umurnya pantas jadi adiknya serta menyebut "nak" kepada siapapun yang menurutnya pantas jadi anak serta cucunya dari segi umur. "Naposipa' asengna.." (bertingkahlaku sesuai namanya), demikian penilaian banyak orang terhadapnya karena sesungguhnya "Mapparimeng" dalam kosakata Bugis lama, berarti : Tawakkal dan tawadlu.

Suatu ketika, penulis menanyakan banyaknya orang di Belawa yang menjadi "Petta" dan "Bau" model terbaru, beliau hanya tersenyum maklum saja. "Taromoi riya' tauwwE, ana'. DE'sahatu nipolebbi agaga taniaE olota, nasaba' engka Puwang Allahu Ta'ala lebbi makuasa lao ri atanna iya maneng.." (biarkan saja mereka, anakku. Siapapun tidak akan termuliakan oleh sesuatu yang bukan haknya, karena selalu ada Allah Yang Maha kuasa diatas kita semua...), demikian ujarnya ringan. "NaEkiya, aja' mua mukacoE-coE mappakawang batu, na aja'too muapparogi lao ripadammu rupa tau.." (namun jangan pula kau ikut-ikutan memberi penghargaan palsu itu, serta jangan pula merugikan orang..), sambungnya.


Keterangan Gambar :
Nenekda Andi Mapparimeng (kanan) dan kemenakannya (Andi Bau' Billung) dalam suatu acara keluarga. Petta Bau Billung adalah puteri Puekku mendiang Andi Bau Sulolipu Petta KaraEngngE bin Andi Patongai Datu Doping Arung BElawa, sepupu satu kali nenekda.

Hal menarik yang dapat menjadi catatan penulis dari ujar beliau adalah : "Mappakawang Batu" dalam pengertian harfiahnya, yakni : berusaha menjadikan batu kali mengapung dipermukaan air. Sesuatu yang lebih diartikan sebagai mengupayakan sesuatu yang mustahil karena berlawanan dengan prinsif hukum alam (fisika). "Mappakawang Batu" dalam ranah pranata etika sosial suku Bugis adalah sesuatu yang sangat terlarang oleh "Wari". Contoh perlakuan tersebut dapat diillustrasikan, sbb : si A yang tadinya disapa sebagai Puang A, tiba-tiba saja oleh anak cucunya disebut sebagai : PETTA A. Contoh lainnya, Petta B yang sebenarnya hanyalah "ana' sipuE" dari "Datu C" tiba-tiba saja ditingkatkan derajatnya secara sepihak oleh anak cucunya sebagai "Petta Bau B"...". Demikian pula pada lapisan Todeceng yang oleh anak cucu serta kemenakan-kemenakannya biasanya disapa "pung Anu", tiba-tiba saja menjadi "Andi Anu" yang tertulis di KTP, padahal pada ijazah serta akte kelahirannya tertulis nama tanpa embel-embel "Andi".

"Aja' muapparogi..", jangan merugikan orang lain, demikian penekanan nenekda. Bahwa pada seseorang yang kerap disebut orang kebanyakan sebagai "Wa' Anu..." atau "Nene Anu..", janganlah langsung kau sebut pula dengan sebutan itu. Jangan sampai orang itu menjawab, "Taniaka' nenemu.." (aku bukan nenekmu). Jangan menyebut menyebut apa-apa jika kau ragu menentukan sebuah sebutan. "Lebbi mappEsaroE.." (lebih baik menguntungkan..), dalam artian yang sewajarnya. Orang yang beradat mulia biasanya mampu menempatkan diri dengan baik jika kita bisa memposisikan diri pada hal yang sewajarnya pula. Hal itu terbukti, suatu ketika rumah kami kedatangan rombongan "passobbi" (pengantar undangan pernikahan) dari Sengkang. Nenekda bertanya, "PolE tEgaki', ana' ?". Juru bicara rombongan itu seketika duduk mendeprok di lantai seraya mencium lutut nenekda. "..Aja lalo kasi' niyattana anaki atanna petta, Puang..., mabusungnga' matu'."  (..janganlah hamba sekalian disebut anak, nantilah kami kena tulah...).

Keterangan Gambar :
Puekku H. Andi Bau Singke bin Andi Patongai Datu Doping Arung Belawa (berkaca mata) bercengkrama dengan sepupu sekalinya tercinta, nenekda Andi Mapparimeng. Pada sebelah kanan nenekda, isteri Datu Singke, yakni : Puekku Hj. Petta Bau RawE (puteri Arung MallusEtasi) dan duduk disamping beliau yang mengenakan sarung pink adalah Puekku Andi Bau RallE (puteri Datu Singke). Sebelah kanan Petta RallE adalah pamanda Puekku Andi PabEangi.


Nenekda Andi Mapparimeng sesungguhnya memiliki banyak keluarga dekat di Wajo Timur (Pammana) hingga Bone. Andi Mapparimeng adalah puteri Petta Bau' Landeng Paddanreng Ana Banua (putera Datu Hawang binti La Tune' Sangiyang Arung BEttEmpola) dengan Andi Batari PettaE Lonra (puteri La TEngko Petta Manciji'E ri Wajo dengan Andi REwo ana'na Arung Barukku) yang juga merupakan kakanda Puekku Andi Patongai Datu Doping Arung Belawa (Datu Bolong). Ayah dan ibundanya sesungguhnya bersepupu sekali karena Datu Hawang dengan La Tengko Petta MancijiE bersaudara kandung (Putera puteri La Tune Sangiyang Arung BEttEmpola Petta MatinroE ri Tancung dengan I Busa Arung BElawa Petta WaluE).

Aja' muEbbu laleng baru, ana'.. Aggau' malebbi mukko, Puwang Allahu Ta'ala pa mpukkarekko alebbirengmu.. Aja lalo mupakatunai padammu rupa tau, nasaba' masselessureng manengngiritu sininna rupa tauE ri lino, ateppekini bawang nak.. (..jangan sekali-kali merintis sebuat adat baru, anakku.. berprilaku mulialah, nantilah Allah yang membukakan pintu kemuliaanmu.. Jangan sekali-kali merendahkan seseorang karena sesungguhnya manusia diseluruh dunia itu bersaudara..), demikian wasiat terakhirnya pada malam menjelang wafatnya pada tanggal 16 April 1995. Beliau dimakamkan disebelah pusara suaminya tercinta, yakni : Andi Dai' pada kompleks pekuburan Datu (Jara'E) Belawa, berdampingan dengan pusara pamannya tercinta : Puekku Andi Patongai Datu Doping Arung Belawa (Datu Bolong).



Wallahualam Bissawwab..

2 komentar:

  1. subhanallah suatu pengajaran yang sangat berharga bagi kita semua, ternyata nama dan gelar bukanlah segalagalanya melainkan kerendahan hati dan sifat adalah yang benar.

    alfatiha untuk beliau
    tabe

    BalasHapus
  2. Kuru Sumange'ta, terima kasih ..

    BalasHapus