Aku tidak MENULIS sejarah..tapi kusedang MENGKAJI sejarah..agar kudapat MENGUKIR sejarahku sendiri..

Senin, 15 Agustus 2011

Wari (pranata)

TUDANG MABBOSARA'

"..NarEkko papolEki minasa passobbi rigau' pabbottingengngE, ana'.. Aja' lalo tappa majjulEkka ri baruga lawa sojiE. TauwwEpa toripuasengngE punnaE gau' rEnrEngngi', ana'.. inappa mupajjulEkka ajEmu muselluki barugaE. Aja'to paimeng mutudang mapponglopi, namooni pattumalingngE jellokengki'.. sEsai dua tellu tudangeng riyasEmu nainappa muoloi olomu rilalengna sitinajaE.." (..Jika suatu ketika kau bermaksud menghadiri suatu undangan kehormatan pada acara pesta pengantin, anakku.. jangan sekali-kali engkau langsung memasuki "baruga" kehormatan. Nantilah orang yang ditunjuk selaku wakil Tuan Rumah yang membimbingmu memasuki tempat itu barulah kau langkahkan kakimu memasukinya, anakku.. jangan pula menduduki tempat yang paling tinggi dalam baruga itu, walaupun petugas protokoler yang menunjukkan tempat itu bagimu.. sisakan dua atau tiga tempat diatasmu, barulah engkau berlakukan hal yang sewajarnya..)..
...........................................................................................

Demikian sang Ayahanda berpesan kepada kami, puluhan tahun yang lalu. Suatu pelajaran protokoler etik yang sederhana namun kini kurasakan sebagai suatu pendidikan yang sarat makna. Kode etik ketika memasuki "Baruga Lawa Soji", tempat kehormatan adat yang disediakan bagi para turunan bangsawan. Pada uraian bersahaja ini, penulis bukannya ingin membahas perihal kriteria "tudangeng wari bosara" yang merupakan inti pengaturan pengadaan Bosara' itu sendiri, melainkan tentang nilai filosophis yang menjiwai keberadaan tatanan Bosara' itu sendiri.

"Kerendahan Hati", kiranya inilah yang ingin ditanamkan para leluhur bangsawan sejak jaman dulu sehingga para anak turunannya dipesan serta diwanti-wanti barulah diikutkan ke suatu pesta adat, terlebih jika sudah dipercaya untuk sewaktu-waktu mewakili orang tuanya. "..riyalai mariawaE na dE namariawa taba', ana'.." (..merendahkan diri bukannya berarti merendahkan martabat, anakku), demikian wasiatnya yang mulia. Senantiasa bersikap tawadlu dan ikhlas atas segala apa yang diterima menurut perlakuan umum terhadap diri dengan senantiasa menjunjung tinggi rasa "naisseng alEna" (mawas diri).

"..naEkia magani narEkko engka tau dE' napakalebbiki', etta ?.. nasaba toriyalani mariawaE, nasengtongenni' mariawa.." (..namun bagaimana sekiranya orang tidak memuliakan kita, Tuanku ? .. karena kita selalu merendah sehingga dikiranya kita betul-betul rendah..), tanyaku suatu waktu. Sang Ayahanda tersenyum lebar, seraya menjawab : "..iya tongengpa tamatuna, narEkko alEtamato dE naissengngi maggau' malebbi'E.. nasaba' ripakariawa manengngi tauwE, Ejaji nagettengngi' tauwE noo, napaccoEni' mariawa. Alai mariawaE, Ana'.. Naruiiko tauwwE mEnrE'." (..nantilah kita benar-benar terhina, jika diri kita sendiri tidak tahu berlaku mulia.. karena kita merendahkan semua orang, sehingga mereka menarik kita turun, maka kita menjadi ikut menjadi rendah. Selalulah merendah, anakku.. maka orang akan menarikmu pada tempat yang tinggi..). Maka "mulia" atau "hina" setiap pribadi, tergantung bagaimana memperlakukan diri dan orang lain ditengah kehidupan bermasyarakat.

"..magaijE' narisEsa dua tellu onrong tudangeng mariasE' ri Baruga Bosara'E, Etta ?" (..emang kenapa mesti menyisakan dua atau tiga tempat duduk dibagian atas dalam Baruga Bosara'E, Tuanku ?), tanyaku penasaran. "..EbarE' aja nariperrisi PunnaE gau', ana'.. NarEkko engka taupolE naripuasengngi iyasE'ta, Ebara'i DatuE.. dE'na mulEppa'i tudangengmu lao ri toddang nasaba' onrongmu mEmeng mutudangi. Manyameng tudangengmu.. malebbii wariimu, nasaba' muisseng alEEmu. Weddissi taupolEwE ronnang tania Datu, arE'ga pada sinranjatta, naEkiya macoai naidi'..sitinajai ritudang riyasE'ta. IyanaE riyaseng sipakalebbi singraja lebbi'ta.." (..tujuannya agar kita tidak mempersulit Tuan Rumah, anakku.. Apabila setelah kau, datanglah seorang tamu undangan yang sekiranya memiliki derajat lebih tinggi darimu, misalnya Sang Raja sendiri.. maka kau tidaklah mesti pindah duduk kebagian bawah karena kau telah menduduki tempatmu yang sesungguhnya. Maka sungguh menyenangkan tempatmu yang sekarang.. sungguh mulia adat pranatamu, karena kau tahu diri. Ataukah bisa saja yamu yang baru datang itu memiliki derajat yang sama denganmu, namun dia memiliki umur yang lebih tua darimu.. maka wajar pula jika ia duduk diatasmu. Inilah yang disebut dengan adat saling memuliakan..), jelas Sang Guru.

Duhai, indahnya perilaku mawas diri jika dijiwai keikhlasan dalam hati yang senantiasa bersyukur.... kiranya inilah ilmu yang dijanjikan beberapa derajat dimata Allah.SWT. Amin..


Wallahualam bissawwab..








Tidak ada komentar:

Posting Komentar