Aku tidak MENULIS sejarah..tapi kusedang MENGKAJI sejarah..agar kudapat MENGUKIR sejarahku sendiri..

Senin, 24 Oktober 2011

Pertemuan Akbar III Anak Cucu Addatuangta Sidenreng

MAPPASIRUI SOMPUNGLOLO

Pada hari Selasa, 11 Oktober 2011 bertempat di Lt.2 Makassar Golden Hotel, telah diadakan pertemuan segenap anak cucu ANDI MAPPANGILE KARAENG TINGGIMAE ADDITUANG SIDENRENG yang diselenggarakan oleh Rumpun Keluarga Besar ANDI SOJI KARAENG KANJENNE DATU SUPPA. Adalah merupakan kehormatan yang amat besar karena Ibunda Penulis menerima undangan untuk menghadiri acara tersebut, selaku wakil rumpun Belawa.

Hadir mewakili ibunda, penulis beserta anak isteri, Kakanda H. Andi Pajung dan Adinda Andi Maddukelleng sekeluarga. Penulis beserta rombongan terkesima melihat banyaknya peserta yang hadir mengenakan pakaian putih pada acara tersebut. Telah hadir Puekku Hj. Andi Dalauleng (Datu Uleng) dan Puekku Hj. Andi DalawEttoing (Datu ToEng). Kedua junjungan kami tersebut adalah puteri Mendiang Puekku Letnan Jenderal Andi Abdullah Bau MassEpE Datu Suppa Lolo dengan Hj. Andi Soji KaraEng KanjEnnE Datu Suppa. Kedua junjungan kami adalah kemenakan langsung daripada Puekku MallinrungngE Andi Laonrong Arung Belawa (Datu Laonrong adalah kakak kandung Andi Soji KaraEng KanjEnnE' Datu Suppa). Maka inilah turunan pewaris trah Belawa yang sesungguhnya, setidaknya itulah menurutku...

Pada acara akbar tersebut telah hadir pula generasi sepuh, yakni : Puekku H. Andi BEso' Manggabarani KaraEngta TinggimaE' bersaudara (adik Datu Laonrong Arung BElawa), H. Andi Oddang (Mantan Gubernur), para isteri dan para puteri Puekku H. Andi Bau KunEng Datu Suppa Lolo, isteri dan para putera Puekku Mendiang Andi Bau Amessangeng (Bau Wiccang), Putera puteri Mendiang Paduka Andi Sapada, serta segenap rumpun keluarga Raja dari Ajattappareng (Sidenreng, Rappang, Sawitto, Suppa, Alitta, Bacukiki dan MallusEtasi), Soppeng, Barru, Gowa, Takalar dan Wajo yang diwakili oleh penulis beserta rombongan.
..................................................................................................................
Kiranya tiada yang lebih penting untuk menjadi catatan penulis, bahwa segala yang nampak pada acara Silaturrahmi tersebut adalah : SipakamasE-masE, Sipakaraja na MassEddi Siri rilalengna gau' pangadereng marajaE (saling asih, saling menghargai dan menyatukan persepsi mengenai harkat martabat adat kebesaran). Segenap peserta yang datang dari latar belakang ekonomi yang berbeda hadir dengan mengenakan busana yang sama, yakni : serba putih yang melambangkan kebersamaan serta kesucian niat dan itikad yang sama, selain daripada untuk mengenang kegemaran Almarhum Andi MappangilE KaraEng TinggimaE Addituang SidEnrEng yang memang semasa hidupnya gemar mengenakan busana serba putih.


Penulis sendiri menyaksikan pula bagaimana kentalnya suasana sipakamasE (saling asih) diantara para generasi satu dengan yang lainnya. Adalah suatu moment yang sangat berkesan ketika Puekku Datu ToEng bersaudara menyambut kami dengan sangat ramah dan akrab, seraya memperkenalkan kami kepada segenap hadirin selaku "keluarganya yang sangat dekat". "makawE ladde'mopa riya'.." (mereka masih sangat dengan kami..), ujar junjunganku tersebut.

Sesungguhnya nenek buyut kami, yakni : Andi Batari PettaE Lonra bersaudara dengan nenekda beliau, yakni : Andi Panangngareng Datu Madello (Ibunda Andi Soji KaraEngta KanjEnnE' Datu Suppa), namun yang sesungguhnya Puekku Datu ToEng bersaudara adalah "Panji Kehormatan" dan kami bersaudara adalah tiangnya. "Akkomoi puekku DatuE monro alebbirengna ataE iya maneng, Pueng.." (sesungguhnya martabat kemuliaan kami terletak pada anda, Tuanku..), demikian kalimat persembahanku pada Puekku Datu ToEng.



                                          Keterangan foto :
                                                    Penulis dan kakanda H. Andi Pajung berbincang-bincang dengan Puekku
                                                    Hj. Andi DalawEttoing (Datu ToEng).

Hingga disela-sela acara, penulis diminta untuk menyampaikan sepatah kata seraya memimpin do'a kiranya semoga penyelenggaraan acara pertemuan akbar yang penuh hikmah itu mendapatkan berkah pahala yang bernilai pahala disisi Allah. SWT. "Perkenankan kami menyampaikan hormat dan takzim kepada junjungan Ishak Manggabarani KaraEng MangEppE Datu Pammana Arung Matoa Wajo yang anak cucunya berkumpul pada tempat yang berbahagia ini...", demikian pembuka persembahan kataku...




Bahwa dari penelusuran penulis pada Lontara Silsilah Raja-Raja di Sulawesi Selatan, kiranya tidaklah terlalu berlebihan jika dikatakan bahwa : jalur Puatta ISHAK MANGGABARANI KARAENG MANGEPPE DATU PAMMANA ARUNG MATOA WAJO ke-43 (1900-1916) adalah salahsatu titik sentral yang memperhubungkan segenap rumpun Raja-Raja se-Sulawesi Selatan dan Barat pada jamannya.

Baginda ISHAK MANGGABARANI KARAENG MANGEPPE DATU PAMMANA ARUNG MATOA WAJO ke-43 (1900-1916) adalah putera TO APPATUNRU KARAENG BEROANGING dari permaisurinya, yakni : I MADELLUNG KARAENG TANETE (saudara kandung I KUMALA SULTAN ABD. KADIR KARAENG LEMBANGPARANG SOMBA GOWA ke-32).

TO APPATUNRU KARAENG BEROANGING adalah putera MUH. ARSAK PETTA CAMBANGNGE dari isterinya, yakni : I NOMBA DATU PAMMANA (puteri LA SETTIANG OPU MADDIKA BUA dengan I SOMPA DG. SINRING DATU PAMMANA). Sementara MUH. ARSAK PETTA CAMBANGNGE dari isterinya yang lain, yakni : PETTA MAPPALAKKAE, melahirkan seorang puteri bernama : I CINNA yang diperisteri oleh LA MAPPALEWA ARUNG LOMPU, melahirkan : LA PARENRENGI ARUMPOGI MANGKAU RI BONE ke-27 (suami WE PANCAITANA BESSE KAJUARA DATU SUPPA MANGKAU RI BONE ke-28).

Sosok MUH. ARSAK PETTA CAMBANGNGE adalah merupakan tokoh sejarah yang amat unik. Konon beliau yang merupakan putera LA WAWO ADDATUANG SIDENRENG ke - 14 dari permaisurinya yang bertahta di Pammana, tidaklah pernah menduduki sebuah tahta dimanapun, namun putera puterinya yang kelak menjadi penguasa tahta paling berpengaruh di Sulawesi Selatan hingga memasuki abad ke - 20. Beberapa puteranya yang lain merupakan saudara kandung TOAPPATUNRU KARAENG BEROANGIN, adalah : LA CICCING AKIL ALI KARAENG MANGEPPE DATU PAMMANA ARUNG MATOA WAJO ke-42, LA PANGURISENG ADDATUANG SIDENRENG ke-15, TOACCALO ARUNG MAIWA dan LA MANUJENGI PETTA PILLA RI WAJO.


Bahwa ISHAK MANGGABARANI KARAENG MANGEPPE DATU PAMMANA ARUNG MATOA WAJO ke-43 adalah kemenakan tercinta dari pamannya (LA CICCING AKIL ALI KARAENG MANGEPPE DATU PAMMANA ARUNG MATOA WAJO ke-42), memperisterikan I DALAWETTOING KARAENG KANJENNE, maka lahirlah putera baginda yang terkenal, yakni : I PARENRENGI KARAENG TINGGIMAE DATU AJATTAPARENG. Dari pernikahan I PARENRENGI KARAENG TINGGIMAE DATU AJATTAPARENG dengan I TENRI MUNTU (puteri LA SADAPOTTO ADDATUANG SIDENRENG ke-16, sepupu sekali ISHAK MANGGABARANI), maka lahirlah ANDI MAPPANGILE KARAENG TINGGIMAE ADDATUANG SIDENRENG ke-17.

Hingga ketika ANDI MAPPANGILE KARAENG TINGGIMAE ADDATUANG SIDENRENG ke-17 mempersunting ANDI PANANGNGARENG DATU MADELLO (putera LA TENGKO PETTA MANCIJI RI WAJO dengan I SOJI ARUNG GANRA  DATU MADELLO) yang merupakan cucu` lansung LA TUNE SANGIANG ARUNG BETTEMPOLA dari pihak ayah dan juga cucu langsung LA ONRONG DATU PATTIRO DATU SOPPENG dari pihak ibunya, maka lahirlah : ANDI LAONRONG ARUNG BELAWA dan Hj. ANDI SOJI KARAENG KANJENNE DATU SUPPA. Maka bersatulah darah trah Pammana, Gowa, Sidenreng, Soppeng, Bettempola, Suppa dan Belawa. Kemudian pernikahan Puekku Hj. ANDI SOJI KARAENG KANJENNE DATU SUPPA dengan ANDI ABDULLAH BAU MASSEPE DATU SUPPA (putera ANDI MAPPANYUKKI SULTAN IBRAHIM DATU SUPPA MANGKAU RI BONE BIN SULTAN HUSAIN SOMBAYYA GOWA TUMINANGA RI BUNDUKNA dengan BESSE BULO BINTI LA SADAPOTTO ADDATUANG SIDENRENG) maka putera puterinya semakin menyatukan darah wangsa Bone dan Gowa.












Akhirnya dengan senantiasa mengingatkan pada pesan Latoa, bahwa : dE' seuwwa pancajingenna Puang Allahu Ta'Ala paullE mpeddEi apinna wija-wijakku, sangadinna lakkona mato mpeddEi warana , maka kiranya kegiatan Silaturrahmi seperti inilah yang mestinya dilestarikan oleh segenap rumpun untuk menebarkan perilaku mulia bagi anak cucunya. Naiyya assumpuloloE, siriga essE bua-buagi... Wassalam.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar