Aku tidak MENULIS sejarah..tapi kusedang MENGKAJI sejarah..agar kudapat MENGUKIR sejarahku sendiri..

Sabtu, 06 November 2010

Puang Matoa Bissu



Pemimpin ritual tradisi Bugis-Makassar dari masa ke masa. Fungsi yang dimuliakan sebagai pemimpin acara-acara ritual dalam Istana yang dipercayai sebagai media penghubung antara manusia dan dewata. Selain itu, Bissu adalah penjaga sekaligus pemelihara benda-benda pusaka (Regalia/Arajang). Konon, bahkan seorang Raja yang berdaulat sekalipun tidak diperbolehkan menyentuh pusaka kerajaannya sebelum diperkenankan oleh Sang Bissu. Maka Bissu adalah seorang Pandita yang sakti mandraguna, walau wujudnya merupakan seorang banci tapi sesungguhnya mereka kebal terhadap segala jenis senjata tajam dan api.

Bissu adalah jabatan kemuliaan yang tersebut dalam kitab Sastra Suci I La Galigo. Bahkan pada masa itu, puteri We Tenridio' Batari BissuPunna BolaE ri Mallimongeng (Puteri Sawerigading dan We Cudai Daeng ri Sompa Punna BolaE ri LatanEtE) adalah seorang "Bissu Agung". Lebih daripada itu, We Tenri AbEng Bissu ri Langi Daeng Manutte' (Saudara kembar Sawerigading) juga adalah seorang Bissu Agung yang berkedudukan di Botinglangi (Khayangan). Disebutkan lebih lanjut, ketika La Toge' Langi Batara Guru Aji Sangkuru Wira Pajung Luwu I mendambakan seorang Putera Mahkota yang terlahir dari rahim permaisurinya, yakni : We Nyilli' Timo SolasinrangempEro Dinulu WElompElojang Tompo'E ri Bussa Empo juga meminta bantuan "Puang Matoa Bissu ri Latimojong". Maka keberadaan Bissu adalah warisan budaya yang merupakan salahsatu pelestari budaya yang semestinya dihargai keberadaannya.
                            
                                                          Parepare, 5 Nopember 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar