Aku tidak MENULIS sejarah..tapi kusedang MENGKAJI sejarah..agar kudapat MENGUKIR sejarahku sendiri..

Selasa, 23 Oktober 2012


RUANG KACA
By. La Oddang

Sebutir kristal pagi, berayun manja dipucuk dedaunan. Setidaknya begitu anggapannya, ketika sejati rasanya abaikan bentuk, warna dan dimensi. Bukan menurut siapa-siapa, karena Sang Aku tiada persepsi dalam pelukan rahmat-Nya.

Aku melihat segalanya, katanya. Akupun mendengar, walau tanpa nada, ujarnya pula. Duhai, segalanya terang, walau tanpa cahaya, meski terlindung dibalik tabir putaran waktu, serunya kemudian. 

Oiii, kau dimana ?, tanya entah siapa. Aku disini, pada ruang hati di alam nurani. Jangan sela zikirku , jangan nodai dindingku, agar pandanganku tak terhalang kabut lara dan debu merana. Aku bukannya apa-apa, selain seonggok materi yang enggan terbangun dari sujudnya. Berlapis sajadah, air matanya sendiri.

Wahai dikau, atau apapun sebutanmu. Jawablah rindumu, penuhi hasratmu, raihlah kasihmu, semilir kisikan itu meminta. ..apalah dambaku kini ?, jawabnya dalam tanyanya lembut. Kecuplah tulusku, peluklah pasrahku, rengkuhlah segenap sayangku, hiruplah kasihku, sebanyak kau mau. Untukku, cukuplah Allah bagiku.. Cukuplah Allah penjaminku.

Wallahualam Bissawab.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar